DALIL TENTANG TAQDIR
C. Dalil-Dalil Tentang Taqdir
1 . Dalil
al-Qur’an
a.
اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ
Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir).” (Q.S al-Qamar/54:49)
b.
مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ
فِى الْاَ رْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَ
هَا ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ ۖ
“Tidak ada suatu bencana yang menimpa di
bumi dan (tidak pula) pada diri kalian melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
mudah bagi Allah Swt.”(Q.S al-Hadid/57: 13)
c.
وَكُلَّ اِنْسَا نٍ اَلْزَمْنٰهُ
طٰٓئِرَهٗ فِيْ عُنُقِهٖ ۗ وَنُخْرِجُ لَهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ كِتٰبًا يَّلْقٰٮهُ
مَنْشُوْرًا
“Dan tiap-tiap manusia
telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaiman tetapnya kalung) pada
lehernya.”(Q.S al-Isra’/17: 13)
مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ
اِلَّا بِاِ ذْنِ اللّٰهِ ۗ وَمَنْ يُّؤْمِنْ بِۢا للّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗ وَا للّٰهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Tidak
ada sesuatu musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah SWT.” (Q.S
at-Taghabun/64: 11)
2. Dalil As-Sunah (Hadits Rasulullah)
Adapun penjelasan
Rasulullah saw. tentang
Qadla’ dan Qadar antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadits berikut
ini.
a.
اِنَّ اَحَدَكُمْ يَجْمَعُ
خَلْقُهُ فِى بَطْنِ اُمِّهِ اَرْبَعِيْنَ يَوْمًا, ثُمَّ يَكُوْنُوْ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ,
ثُمَّ يَكُوْنُوْ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ, ثُمَّ يَبْعَثُ اللهُ مَلَكًا
فَيُؤْمَرُ بِاَرْبَعِ كَلِمَاتٍ, وَيُقَالُ لَهُ: اُكْتُبْ عَمَلَهُ, وَرِزْقَهُ,
وَاَجَلَهُ, وَشَقِيٌ اَوْ سَعِيْدٌ, ثُمَّ يُنْفَخُ فِيْهِ الرُّوْحُ , فَاِنَّ
الرَّجُلَ مِنْكُمْ لِيَعْمَلُ حَتَى مَا يَكُوْنُ بَيْبَهُ وَ بَيْنَ الْجَنَّةِ
اِلَّا ذِرَاعٌ, فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
كِتَابُهُ, فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ اَهْلِ النَّارِ, وَيَعْمَلُ حَتَّى مَا يَكُوْنُ
بِيْنَهُ وَبَيْنَ النَّارِ اِلَّا ذِرَاعٌ, فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ,
فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ اَهْلِ الْجَنَّةِ
(رواه البخارى)
“Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian
dikumpulkan dalam perut ibunya selama epat puluh hari dalam bentuk nuthfah
(sperma), kemudian berubah menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama empat puluh
hari, kemudian berubah menjadi mudghah (sepotong daging) selama empat puluh
hari, kemudian malaikat dikirimkepadanya kemudian malaikat meniupkan ruh
kepadanya, dan malaikat tersebut diperinthkan empat hal yaitu menuliskan
rizkinya, menuliskan ajalnya, menuliskan amal perbuatannya, dan menuliskan
apakah ia celaka, atau bahagia. Demi Dzat yang tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti mengerjakan
amalperbuatan penghuni surga, hingga ketika jaraknya dengan surga cuma sau
lengan, tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal
perbuatan penghuni neraka, dan ia pun masuk neraka. Sesungguhny salah seorang
dari kalian pasti mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, hingga ketika
jaraknya dengan neraka cuma satu lengan, tiba-tiba ketetapan berlaku padanya
kemudian ia mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, dan ia masuk surga.” (HR.
Muslim)
b. Dalam
hadis yang lain, Rasulullah SAW. Bersabda yang artinya sebagai berikut.
“Sesungguhnya
seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging,
kemudian Allah SWT. Mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan
menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya
dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.”(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa nasib manusia
telah ditentukan Qadla’ dan Qadarnya oleh Allah SWT. sejak sebelum ia
dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya. Tidak berarti
bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar.
Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang
dengan sendirinya.
3. Kewajiban Beriman Kepada Qadal’ dan Qadar
Diriwayatkan bahwa suatu
hari Rasulullah SAW. didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba
putih, dan rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang islam, iman dan
ihsan. Tentang keimanan, Rasulullah saw.menjawab yang artinya:
“Hendaklah engkau
beriman kepada Allah SWT. malaikat-malaikat Nya,rasul-rasulnya, hari akhir,dan
beriman pula kepada Qadla; dan Qadar (takdir) yang baik ataupun yang buruk.’(HR.Muslim).
C. Hubungan
Antara Takdir, Ikhtiar, Dan Tawakkal
Memahami
takdir itu harus benar. Jika tidak, pasti ada jalan hidup yang ditempuh secara
salah atau tidak benar. Lima faktor mempunyai keterkaitan yang sangat erat yaitu, Iman kepada takdir, ikhtiar, doa, dan
tawakal
1. Takdir
Matahari terbit dari timur, bumi
mengitari matahari, ikan berenang di air, burung terbang di angkasa, sementara
manusia lahir dengan jenis kelamin
laki laki atau perempuan. Siapa saja
yang berikhtiar secara sungguh-sungguh akan menuai keberhasilan, sebaliknya
yang malas dan sedikit ikhtiar, berakibat hidupnya dilanda kemalangan dan diliputi
kesengsaraan. Pernyataan tersebut,
semuanya terkait dengan iman kepada takdir, dan semua contoh-contoh itu
adalah ketentuan Allah SWT. dan itulah
yang disebut takdir.
Hal yang membedakan antara takdir
yang berlaku bagi manusia dengan mahluk lainnya adalah adanya pilihan, misalkan
matahari, bulan, dan planet lainnya, seluruhnya ditetapkan takdirnya tanpa bisa
ditawar-tawar (Q.S. Fussilat/41: 11) Sementara manusia, diberi kebebasan untuk
memilih, bahkan pilihannya sangat banyak. Manusia dapat memilih keberhasilan
atau kemalangan, kebahagiaan atau kesengsaraan,
menjadi orang yang baik atau tidak (Q.S. Al-Kahf/18: 29).
Perlu diingat dengan baik, bahwa
setiap pilihan, memiliki akibat (baik atau buruk), dan setiap pilihan tersebut
akan dimintai pertanggungjawaban, karena manusia memilih atas kesadarannya
sendiri. (renungkan isi kandungan dari ayat ayat berikut : QS. At-Takasur/102:
8, QS. Asy-Syams/91: 8-10, QS. Al-balad/ 90:10).
2. Ikhtiar
Ikhtiar adalah usaha dengan
kesungguhan hati dan maksimal dari semua amal perbuatan dan aktivitas yang
dilakukan, tekad yang kuat untuk mewujudkan cita dan asa. Tentu saja kesungguhan amal tersebut tidak
terlepas dari jalan yang sudah dibentangkan Allah SWT. yaitu berdoa, agar cita
dan harapan tersebut, dipercepat atau dimudahkan oleh Allah SWT.
Pahami pernyataan berikut.
Manusia berkewajiban ikhtiar, sementara
Allah SWT. yang menentukan takdir. Lalu,
kenapa manusia harus berikhtiar? Berikut jawaban atau alasannya;
a. Takdir
berjalan menurut hukum “sunnatullah”. Artinya keberhasilan hidup sangat
tergantung sejalan atau tidaknya dengan sunnatullah. Contohnya malas belajar
berakibat bodoh, tidak mau bekerja akan
miskin, menyentuh api akan merasakan panas
b. Kenyataan
menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun
yang mengetahui takdirnya. Jangankan
peristiwa masa depan, hari esok akan terjadi apa, tak ada yang
mampu mengetahuinya (Q.S. al-Ahqaf/46: 9).
c. Siapa pun
yang berusaha dengan sungguh-sungguh, akan memperoleh keberhasilan dan
mendapatkan cita-cita sesuai tujuan yang diinginkan.
d. Takdir
terbagi dua: Pertama, Takdir Mubram,
yaitu takdir yang semata-mata ketentuan Allah SWT., seperti kematian, kelahiran,
dan jenis kelamin. Kedua, Takdir muallaq, yakni takdir tergantung pada ikhtiar dan potensi manusia seperti bisa
berubah menjadi pintar setelah mau belajar agar tidak bodoh.
e. Manusia
sudah berikhtiar secara sungguh-sungguh, tetapi gagal juga. Inilah yang
kita kenal dengan “rahasia ilahi” Kita juga harus memahami bahwa Allah Swt, tidak pernah menyia-nyiakan semua
amal yang sudah diikhtiarkan secara sungguh-sungguh, walaupun gagal (Q.S.
An-Najm/53:39-42 dan At-Taubah/9: 105)
3. Doa
Doa
adalah ikhtiar batin yang besar pengaruhnya bagi manusia yang meyakinkan. Hal
ini karena doa merupakan bagian dari motivasi intrinsik. Do’a otak ibadah, doa
akan memberikan energi dalam menjalani ikhtiarnya, karena Allah SWT. telah
berjanji untuk mengabulkan permohonan orang yang bersungguh-sungguh memohon. Firman
Allah SWT.;
وَاِ ذَا سَاَ لَـكَ عِبَا
دِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّا عِ اِذَا دَعَا نِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا
لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
"Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku
dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku.
Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka
memperoleh kebenaran." (QS. Al-Baqarah 2: 186)
4. Tawakal
Menjalani hidup yang benar, harus
berurutan dimulai dengan mengimani takdir, ikhtiar dengan sungguh-sungguh,
berdoa, tawakkal, yang maknanya adalah “menyerahkan segala urusan dan hasil
ikhtiarnya hanya kepada Allah Swt.” Dasar
pengertian tawakkal diambil dari sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu
Hunnam dan Imam Al-Hakim dari Ja'far bin Amr bin Umayah dari ayahnya ra, ia
berkata : "Seseorang berkata kepada Nabi saw, 'Aku lepaskan untaku dan
(lalu) aku bertawakkal?' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Ikatlah
kemudian bertawakkallah."
Peristiwa
ini menyimpulkan pemahaman bahwa sikap tawakkal
boleh dilakukan setelah usaha yang sungguh-sungguh sudah dijalankan. Hal
ini juga memberikan pemahaman bahwa tawakkal itu terkait erat dengan ikhtiar, atau
dapat disimpulkan bahwa tidak ada tawakkal tanpa ikhtiar. Firman Allah SWT.: "Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakkallah kepada Allah SWT. Sesungguhnya
Allah SWT. menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (Q.S.Ali-Imran/3:159)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar