IMAN KEPADA TAQDIR 2

 

DALIL TENTANG TAQDIR



C.   Dalil-Dalil Tentang Taqdir

1 .   Dalil al-Qur’an

       a.

اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ

              Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir).” (Q.S al-Qamar/54:49)

       b.

مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَ رْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَ هَا ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ ۖ

              “Tidak ada suatu bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah Swt.”(Q.S al-Hadid/57: 13)

       c.   

وَكُلَّ اِنْسَا نٍ اَلْزَمْنٰهُ طٰٓئِرَهٗ فِيْ عُنُقِهٖ ۗ وَنُخْرِجُ لَهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ كِتٰبًا يَّلْقٰٮهُ مَنْشُوْرًا

              “Dan tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaiman tetapnya kalung) pada lehernya.”(Q.S al-Isra’/17: 13)

مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِ ذْنِ اللّٰهِ ۗ وَمَنْ يُّؤْمِنْ بِۢا للّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗ وَا للّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

              “Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah SWT.” (Q.S at-Taghabun/64: 11)

2.    Dalil As-Sunah (Hadits Rasulullah)

      Adapun penjelasan Rasulullah saw. tentang Qadla’ dan Qadar antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadits berikut ini.

       a.   

اِنَّ اَحَدَكُمْ يَجْمَعُ خَلْقُهُ فِى بَطْنِ اُمِّهِ اَرْبَعِيْنَ يَوْمًا,  ثُمَّ يَكُوْنُوْ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ, ثُمَّ يَكُوْنُوْ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ, ثُمَّ يَبْعَثُ اللهُ مَلَكًا فَيُؤْمَرُ بِاَرْبَعِ كَلِمَاتٍ, وَيُقَالُ لَهُ: اُكْتُبْ عَمَلَهُ, وَرِزْقَهُ, وَاَجَلَهُ, وَشَقِيٌ اَوْ سَعِيْدٌ, ثُمَّ يُنْفَخُ فِيْهِ الرُّوْحُ , فَاِنَّ الرَّجُلَ مِنْكُمْ لِيَعْمَلُ حَتَى مَا يَكُوْنُ بَيْبَهُ وَ بَيْنَ الْجَنَّةِ اِلَّا ذِرَاعٌ,  فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ كِتَابُهُ, فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ اَهْلِ النَّارِ, وَيَعْمَلُ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بِيْنَهُ وَبَيْنَ النَّارِ اِلَّا ذِرَاعٌ, فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ, فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ اَهْلِ الْجَنَّةِ  (رواه البخارى)

              “Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama epat puluh hari dalam bentuk nuthfah (sperma), kemudian berubah menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi mudghah (sepotong daging) selama empat puluh hari, kemudian malaikat dikirimkepadanya kemudian malaikat meniupkan ruh kepadanya, dan malaikat tersebut diperinthkan empat hal yaitu menuliskan rizkinya, menuliskan ajalnya, menuliskan amal perbuatannya, dan menuliskan apakah ia celaka, atau bahagia. Demi Dzat yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian pasti mengerjakan amalperbuatan penghuni surga, hingga ketika jaraknya dengan surga cuma sau lengan, tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, dan ia pun masuk neraka. Sesungguhny salah seorang dari kalian pasti mengerjakan amal perbuatan penghuni neraka, hingga ketika jaraknya dengan neraka cuma satu lengan, tiba-tiba ketetapan berlaku padanya kemudian ia mengerjakan amal perbuatan penghuni surga, dan ia masuk surga.” (HR. Muslim)

       b.    Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW. Bersabda yang artinya sebagai berikut.

              “Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah SWT. Mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.”(HR. al-Bukhari dan Muslim)

              Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Qadla’ dan Qadarnya oleh Allah SWT. sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya. Tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.

3.    Kewajiban Beriman Kepada Qadal’ dan Qadar

              Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW. didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih, dan rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang islam, iman dan ihsan. Tentang keimanan, Rasulullah saw.menjawab yang artinya:

        “Hendaklah engkau beriman kepada Allah SWT. malaikat-malaikat Nya,rasul-rasulnya, hari akhir,dan beriman pula kepada Qadla; dan Qadar (takdir) yang baik ataupun yang buruk.’(HR.Muslim).

C.   Hubungan Antara Takdir, Ikhtiar, Dan Tawakkal

Memahami takdir itu harus benar. Jika tidak, pasti ada jalan hidup yang ditempuh secara salah atau tidak benar. Lima faktor mempunyai keterkaitan yang sangat erat  yaitu, Iman kepada takdir, ikhtiar, doa, dan tawakal

1.    Takdir

              Matahari terbit dari timur, bumi mengitari matahari, ikan berenang di air, burung terbang di angkasa, sementara manusia lahir dengan jenis kelamin laki laki atau perempuan.  Siapa saja yang berikhtiar secara sungguh-sungguh akan menuai keberhasilan, sebaliknya yang malas dan sedikit ikhtiar, berakibat hidupnya dilanda kemalangan dan diliputi kesengsaraan. Pernyataan tersebut,  semuanya terkait dengan iman kepada takdir, dan semua contoh-contoh itu adalah ketentuan  Allah SWT. dan itulah yang disebut takdir.

              Hal yang membedakan antara takdir yang berlaku bagi manusia dengan mahluk lainnya adalah adanya pilihan, misalkan matahari, bulan, dan planet lainnya, seluruhnya ditetapkan takdirnya tanpa bisa ditawar-tawar (Q.S. Fussilat/41: 11) Sementara manusia, diberi kebebasan untuk memilih, bahkan pilihannya sangat banyak. Manusia dapat memilih keberhasilan atau kemalangan, kebahagiaan atau kesengsaraan,  menjadi orang yang baik atau tidak (Q.S. Al-Kahf/18: 29).

              Perlu diingat dengan baik, bahwa setiap pilihan, memiliki akibat (baik atau buruk), dan setiap pilihan tersebut akan dimintai pertanggungjawaban, karena manusia memilih atas kesadarannya sendiri. (renungkan isi kandungan dari ayat ayat berikut : QS. At-Takasur/102: 8, QS. Asy-Syams/91: 8-10, QS. Al-balad/ 90:10).

2.    Ikhtiar

              Ikhtiar adalah usaha dengan kesungguhan hati dan maksimal dari semua amal perbuatan dan aktivitas yang dilakukan, tekad yang kuat untuk mewujudkan cita dan asa.  Tentu saja kesungguhan amal tersebut tidak terlepas dari jalan yang sudah dibentangkan Allah SWT. yaitu berdoa, agar cita dan harapan tersebut, dipercepat atau dimudahkan oleh Allah SWT.

              Pahami pernyataan berikut. Manusia berkewajiban ikhtiar,  sementara Allah SWT. yang menentukan takdir.  Lalu, kenapa manusia harus berikhtiar? Berikut jawaban atau alasannya;

       a.    Takdir berjalan menurut hukum “sunnatullah”. Artinya keberhasilan hidup sangat tergantung sejalan atau tidaknya dengan sunnatullah. Contohnya malas belajar berakibat bodoh,  tidak mau bekerja akan miskin, menyentuh api akan merasakan panas

       b.    Kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada seorang  pun yang mengetahui takdirnya.  Jangankan peristiwa masa depan, hari esok akan terjadi apa,  tak ada yang  mampu mengetahuinya (Q.S. al-Ahqaf/46: 9).

       c.    Siapa pun yang berusaha dengan sungguh-sungguh, akan memperoleh keberhasilan dan mendapatkan cita-cita sesuai tujuan yang diinginkan.

       d.    Takdir terbagi dua:  Pertama, Takdir Mubram, yaitu takdir yang semata-mata ketentuan Allah SWT., seperti kematian, kelahiran, dan jenis kelamin.  Kedua, Takdir muallaq,  yakni takdir tergantung  pada ikhtiar dan potensi manusia seperti bisa berubah menjadi pintar setelah mau belajar agar tidak bodoh.

       e.    Manusia sudah berikhtiar secara sungguh-sungguh, tetapi gagal juga. Inilah  yang  kita kenal dengan “rahasia ilahi” Kita juga harus memahami bahwa  Allah Swt, tidak pernah menyia-nyiakan semua amal yang sudah diikhtiarkan secara sungguh-sungguh, walaupun gagal (Q.S. An-Najm/53:39-42 dan At-Taubah/9: 105)

3.    Doa

              Doa adalah ikhtiar batin yang besar pengaruhnya bagi manusia yang meyakinkan. Hal ini karena doa merupakan bagian dari motivasi intrinsik. Do’a otak ibadah, doa akan memberikan energi dalam menjalani ikhtiarnya, karena Allah SWT. telah berjanji untuk mengabulkan permohonan orang yang bersungguh-sungguh memohon. Firman Allah SWT.;

 

وَاِ ذَا سَاَ لَـكَ عِبَا دِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّا عِ اِذَا دَعَا نِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

 

       "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran." (QS. Al-Baqarah 2: 186)

4.    Tawakal

              Menjalani hidup yang benar, harus berurutan dimulai dengan mengimani takdir, ikhtiar dengan sungguh-sungguh, berdoa, tawakkal, yang maknanya adalah “menyerahkan segala urusan dan hasil ikhtiarnya hanya kepada Allah Swt.” Dasar pengertian tawakkal diambil dari sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Hunnam dan Imam Al-Hakim dari Ja'far bin Amr bin Umayah dari ayahnya ra, ia berkata : "Seseorang berkata kepada Nabi saw, 'Aku lepaskan untaku dan (lalu) aku bertawakkal?' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Ikatlah kemudian bertawakkallah."

              Peristiwa ini menyimpulkan pemahaman bahwa sikap tawakkal  boleh dilakukan setelah usaha yang sungguh-sungguh sudah dijalankan. Hal ini juga memberikan pemahaman bahwa tawakkal itu terkait erat dengan ikhtiar, atau dapat disimpulkan bahwa tidak ada tawakkal tanpa ikhtiar. Firman Allah SWT.: "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakkallah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT. menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (Q.S.Ali-Imran/3:159)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar