Tabayun pada Era Media Sosial
Saat berjalan-jalan di suatu tempat, tiba-tiba ada yang berteriak sambil menunjuk ke kalian, “Copeeeeet….” Banyak orang yang ada sekelilingmu menghakimi kalian, tanpa ada konfirmasi sebelumnya. Padahal, kalian tidak menjadi pelakunya. Kalau kejadian tersebut menimpamu, Bagaimana perasaanmu?
Peristiwa
di atas, bisa saja terjadi di dunia media social kalian. Walaupun sudah
menggunakan smartphone dengan teknologi yang canggih, di media sosial
seringkali bersifat reaktif tanpa melakukan penyaringan dan konfirmasi. Dalam
bahasa agama Islam, saat mendapatkan informasi dari media sosial, seringkali
sengaja atau tidak, langsung diforward ke berbagai grup, tanpa ditashih dan
tabayun terlebih dahulu.
Sekarang
ini, dengan kecanggihan teknologi, dalam hitungan detik, sebuah informasi akan
cepat menyebar ke seluruh dunia. Padahal dalam ajaran Islam diajarkan untuk:
tabayyun terlebih dahulu, jangan menggunjing, jangan mencari-cari kesalahan
orang lain, jangan mempermalukan orang lain di depan umum, jangan bersikap
kasar, jangan bersikap sombong, jangan merusak kehormatan orang lain, jangan
menganggap diri kalian suci, jangan mengafirkan sesama orang lain, jangan
berbohong, dan seterusnya.
Terkadang
interaksi di media sosial menjadi sama “berisiknya” seperti interaksi di pasar.
Hanya bedanya, saat media sosial menggunakan smartphone zaman now, cara
berkomunikasinya masih sama dengan interaksi di pasar. Terkadang apabila ada
berita baik maupun buruk tentang seorang tokoh, tanpa ada verifikasi maupun tabayun
kebenaran informasi tersebut, langsung dishare. Jadi yang menentukan benar dan
salahnya bukan isi berita, melainkan apakah senang atau tidaknya dengan tokoh
yang dibicarakan. Dalam ajaran agama Islam, kita semua diingatkan untuk
bersikap adil meski terhadap kelompok atau orang yang tidak kita sukai.
(Sumber: Prof. Nadirsyah Hosen. 2019. Saring
Sebelum Sharing. Yogyakarta: Bentang. 305-306)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar