MENGHINDARI SIFAT HASAD

 MENGHINDARI SIFAT HASAD





Setiap manusia diciptakan oleh Allah Swt. memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Seseorang yang memiliki banyak kelebihan bukan berarti tanpa kekurangan. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang memiliki banyak kekurangan bukan berarti tanpa kelebihan. Tak seorang pun di dunia ini yang sempurna. Ketidakmampuan dalam mengelola kekurangan diri serta berlebihan dalam menunjukkan kelebihan akan berakibat muncunya sifat hasad.

Hasad adalah sifat seseorang yang merasa tidak senang terhadap kebahagiaan  orang lain karena memperoleh suatu nikmat dan berusaha menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini muncul pada diri seseorang dikarenakan adanya rasa benci terhadap segala sesuatu yang dimiliki orang lain, baik berupa harta benda ataupun jabatan. Misalnya, ketika ada teman membeli gadget baru,  kalian merasa tidak senang dengan keadaan tersebut, sedangkan kalian belum  bisa mempunyai barang tersebut.

Perlu diperhatikan bahwa ada dua sifat hasad yang dibolehkan, hal ini sesuai dengan sabda Nabi Saw. berikut :

………………………………………….

Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud r.a., berkata: “Nabi Saw. bersabda: ‘Tidak

boleh hasad kecuali pada dua orang: (1). Orang yang diberi harta kekayaan oleh

Allah lalu digunakan untuk menegakkan haq dan kebaikan, (2). Orang yang

diberi oleh Allah hikmah (ilmu) lalu diamalkan dan diajarkan kepada orang lain.” (HR. Ahmad)

Allah Swt. secara tegas melarang sifat hasad. Perhatikan Q.S an-Nisa’/4: 32 di bawah ini

……………………………………….

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan  Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada  bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian  dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia- Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S an-Nisa’/4: 32).

Menurut Imam Ghazali, ada tiga jenis hasad yang membahayakan manusia, yaitu:

1)     Mengharapkan hilangnya kenikmatan yang dimiliki orang lain, dan ia  mendapatkan nikmat tersebut

2)     Mengharapkan hilangnya kebahagiaan orang lain, sekalipun ia tidak  mendapatkan apa yang membuat orang tersebut bahagia. Asalkan orang  lain jatuh menderita, maka ia merasa bahagia.

3)     Merasa tidak ridha terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. kepada  orang lain, meskipun ia tidak mengharapkan hilangnya nikmat dari orang  tersebut. Ia benci apabila orang lain dapat menyamai atau melebihi apa yang  diterimanya dari Allah Swt.

Sifat hasad akan menghilangkan kebaikan yang dimiliki seseorang, hal ini sesuai sabda Nabi Saw. berikut ini:

……………………………………………..

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda:’ jauhilah hasad (dengki), karena hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar”. (H.R. Abu Dawud)

Berdasarkan redaksi hadis di atas dapat diketahui bahwa kata hasad dalam bentuk mufrad (tunggal) dan kata hasanat merupakan bentuk jamak  yang berarti kebaikan-kebaikan. Maknanya, satu kali berbuat hasad akan  mengakibatkan hangusnya berbagai amal kebaikan yang pernah dilakukan.

Selain di atas, banyak dampak negatif lain dari sifat hasad, di antaranya adalah

1)     Menentang takdir Allah Swt.

        Orang yang bersifat hasad merasa tidak senang atas nikmat yang dimiliki  oleh orang lain. Padahal semua itu atas takdir dan kehendak dari Allah Swt.  Maka pada hakikatnya sifat hasad sama dengan menentang takdir Allah Swt.

2)     Hati menjadi susah

        Setiap kali melihat orang lain mendapatkan nikmat, maka hatinya menjadi  susah. Hatinya terasa gelisah dan sengsara karena menyaksikan kebahagiaan  orang lain.

3)     Menghalangi keinginan berdoa kepada Allah Swt.

        Orang yang hasad selalu sibuk memperhatikan dan memikirkan nikmat  yang dimiliki orang lain, sehingga ia tidak pernah berdoa kepada Allah Swt  agar diberi karunia dan kenikmatan.

4)     Meremehkan nikmat dari Allah Swt.

        Ia menganggap bahwa dirinya tidak diberi nikmat oleh Allah Swt.,  sedangkan orang yang ia dengki dianggap memperoleh nikmat yang lebih  besar darinya. Ini berarti ia meremehkan nikmat yang diberikan Allah Swt.  kepadanya.

5)     Merendahkan martabat orang lain

        Apabila seseorang hasad kepada orang lain, maka ia akan selalu mengawasi  nikmat yang diberikan Allah Swt. kepada orang-orang di sekitarnya.  Ini dilakukan agar ia dapat menjauhkan semua orang dari orang yang ia  benci tersebut. Caranya, dengan merendahkan martabatnya, menceritakan  keburukannya, dan meremehkan kebaikannya.

Lalu, bagaimanakah cara menghindari sifat hasad? Berikut ini merupakan cara menghindari sifat hasad

1)     Meyakini keadilan Allah Swt.

        Allah Swt. memberikan rejeki dan nikmat  kepada semua manusia secara adil dan sesuai  kebutuhan hamba-Nya. Apabila kita meyakini  keadilan Allah Swt. tersebut maka sifat hasad akan hilang dari diri kita.

2)     Memperbanyak rasa syukur

        Bersyukur merupakan salah satu cara agar selalu ingat atas nikmat dari Allah Swt. Rasa syukur juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa semua manusia punyak hak yang sama untuk memperoleh nikmat dari Allah Swt.

3)     Menjaga sifat rendah hati (tawadhu’)

        Masih banyak orang yang lebih susah dibanding kita, oleh karenanya perlu bersikap rendah hati dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian akan  menghilangkan sifat rakus dan hasad pada diri kita.

4)     Senang membantu orang lain

        Selalu ringan tangan dan ikhlas membantu akan menjadikan diri kita  mampu merasakan kesulitan yang sedang dialami orang lain. Rasa empati  seperti ini akan menghilangkan sifat hasad kepada orang lain.

5)     Mempererat tali silaturahmi

        Sifat hasad muncul karena seseorang kurang mengenal dengan baik kepribadian orang lain. Dengan mempererat tali silaturahmi maka akan tumbuh rasa persaudaraan antara sesama dan menghilangkan sifat hasad.

6)     Mendahulukan kepentingan umum

        Orang yang hasad selalu tidak peduli dengan kebutuhan orang lain. Ia  menginginkan agar selalu ingin dilayani, diutamakan dan didahulukan. Sifat  hasad bisa dihilangkan dengan selalu berusaha mendahulukan kepentingan  umum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar