MENELAAH TAFSIR AT TAUBAH AYAT 105
Menelaah Tafsir Q.S. at-Taubah/9: 105
Menurut tafsir al-Misbah, ayat ini mendorong manusia untuk lebih mawas diri dan mengawasi amal atau pekerjaan mereka. Allah Swt. mengingatkan mereka bahwa setiap amal baik atau buruk memiliki hakikat yang tidak dapat disembunyikan. Amal tersebut akan disaksikan oleh Allah Swt., Rasulullah Saw. dan orang-orang beriman. Pada hari kiamat, Allah Swt. akan membuka tabir penutup yang menutupi mata mereka sehingga mengetahui dan melihat secara langsung hakikat amal mereka sendiri.
Selanjutnya simaklah pesan-pesan mulia yang terkandung dalam Q.S at- Taubah/9: 105 berikut ini.
1. Allah Swt. memerintahkan untuk beramal saleh hingga manfaatnya bisa dirasakan
oleh diri sendiri maupun masyarakat luas. Amal tersebut harus dilakukan
dengan ikhlas karena mengharap rida dari Allah Swt.
2. Setiap amal akan dilihat
oleh Allah Swt., Rasulullah Saw. dan mukminin di akhirat kelak. Lalu akan dibalas sesuai amal tersebut,
jika amalnya baik maka mendapat pahala, sebaliknya jika amalnya
buruk maka akan dibalas dengan siksa.
Karenanya seorang muslim haruslah memperbanyak amal saleh ketika hidup
di dunia.
3. Janganlah merasa amalnya sudah cukup banyak
untuk bekal hidup di akhirat. Sifat ini akan menghambat munculnya keinginan untuk beramal
saleh lagi. Tumbuhkan inisatif untuk
melakukan amal saleh sehingga orang
lain ikut tergerak untuk melakukannya. Pahala berlipat akan diberikan
oleh Allah Swt. kepada orang yang memberi contoh tanpa mengurangi pahala mereka
yang mencontoh.
4. Setiap manusia akan kembali ke kampung
akhirat, dan menerima balasan amal perbuatannya. Seorang mukmin hendaklah
jangan larut dengan gemerlap kehidupan duniawi hingga melalaikan akhirat yang
kekal abadi.
‘Kerja’
dalam bahasa Arab disebut dengan ’amala - ya’malu dan yang seakar dengan kata
tersebut. Di dalam Al-Qur’an, kata-kata yang berarti ‘bekerja’ diulang sebanyak
412 kali dan seringkali dihubungkan dengan pekerjaan yang saleh atau amal
saleh. Amal saleh yaitu pekerjaan yang membawa kebaikan, baik bagi pelakunya
maupun orang lain. Kebaikan tersebut dapat berupa perbaikan ekonomi,
kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, sosial, spiritual dan sebagainya.
Kebaikan tersebut meliputi kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Penyebutan kata
‘bekerja’ yang sedemikian banyak di dalam Al- Qur’an menunjukkan bahwa masalah
‘kerja’ sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, Islam sangat
menganjurkan umatnya untuk bekerja keras atau memiliki etos kerja tinggi.
Rasulullah
Saw. bersabda dalam sebuah hadis berikut:
Hadis
di atas secara tegas menyatakan bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari lebih dicintai Allah dan rasul-Nya dibanding berpangku tangan
menunggu bantuan orang lain. Allah Swt. telah memberikan
wewenang kepada manusia untuk mengolah sumber daya alam di bumi.
Perhatikan Q.S. al-Jumu’ah/62:10 berikut ini.
Artinya:
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka
bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak agar kamu beruntung”. (Q.S. al-Jumu’ah/62:10)
Apabila manusia mau bekerja keras, maka akan dapat memenuhi kebutuhan pokoknya,
terutama sandang, pangan dan tempat tinggal. Islam sangat menghargai seseorang
yang bekerja keras untuk memperoleh penghidupan yang layak, dan mengkonsumsi
makanan dari hasil usahanya sendiri. Hal ini sesuai dengan hadis berikut ini.
Artinya:
“Dari al-Miqdam bin Ma’dikariba r.a. dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Tidak
ada seseorang makan makanan yang lebih baik daripada makan hasil usahanya
sendiri, dan sesungguhnya Nabi Allah Daud a.s. makan dari hasil usahanya
sendiri”. (H.R. Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar