TAFSIR AL FIIL
Sejarah Hancurnya Tentara Gajah
Surat Al-Fiil adalah surat ke-105 dalam urutan mushaf Al-Qur'an yang terdiri dari lima ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah. Surat ini mengambil nama dari kata "al-fil" yang berarti gajah, merujuk pada peristiwa penting yang terjadi pada tahun ketika Nabi Muhammad dilahirkan, yang dikenal dengan Tahun Gajah. Surat ini menceritakan tentang sejarah tentara bergajah yang dipimpim oleh Abrahah dan ingin menghancurkan ka’bah. Tetapi dihalangi oleh Allah SWT dengan mengirim burung burung yang membawa batu yang dibakar, sehingga mereka menjadi seperti daun-daun yang dimakan ulat.
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِاَصْحٰبِ الْفِيْلِۗ
اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍۙ
وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ
تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ
مَّأْكُوْلٍࣖ
Artinya: “Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?[1]. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? [2]. Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, [3]. yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, [4]. sehingga Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).[5]”
Imam Suyuti dalam kitab Ad-Durrul Mantsur memaparkan banyak sekali riwayat terkait sebab turunnya Surat Al-Fiil, di antaranya adalah sebagai berikut:
Artinya: "Abdu bin Hamid, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Mardawaih, Abu Na’im, dan al-Baihaqi meriwayatkan secara bersamaan dalam dalail (bukti) dari Ibnu Abbas. Ia mengatakan: 'Ketika pasukan gajah tiba dan mendirikan kemah di kawasan yang bernama As-Safah, Abdullah bin Abdul Muttalib datang kepada mereka dan berkata: 'Ini adalah rumah Allah yang tidak pernah dikuasai oleh siapapun. Mereka menjawab: 'Kami tidak akan kembali sampai kami menghancurkannya. Mereka saat itu tidak menggerakkan gajah mereka kecuali setelah mundur. Maka Abdullah bin Abdul Muttalib berdoa kepada Allah, dan Allah mengirimkan burung-burung Ababil yang diberi batu-batu hitam yang terbuat dari tanah liat. Ketika burung-burung itu mendekati mereka, mereka melemparkan batu-batu itu kepada mereka, sehingga tidak tersisa seorang pun dari mereka melainkan mereka terkena penyakit gatal. Tiada seorang pun dari mereka yang menggaruk kulitnya kecuali dagingnya terjatuh." (Imam Suyuti, Ad-Durrul Mantsur,[Beirut:Darul Fikr] Jilid VII, Halaman 631)
Terkait keutamaan Surat Al-Fil, Imam Az-Zamakhsari menuturkan keutamaan membaca surat ini dari riwayat Ibnu Marduwaih, At-Tsa’labi, dan Al-Wahidi, ia mengungkapkan:
Artinya: “Barang siapa membaca Surat Al-Fiil maka selama hidupnya Allah akan mengampuninya dari azab bumi dan pemindahan bentuk (menjadi bentuk lain)”.( Imam Az-Zamakhsari, Al-Kasyaf ‘an Haqaiq Ghawamidhit Tanzil, [Beirut, Darul Kitab Al-‘Arabi: 1407 H], jilid IV,797).
Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan,
dinamakan Al-Fiil karena permulaan surat ini menyebutkan sejarah tentara gajah.
Syekh Wahbah juga menjelaskan munasabah atau korelasi antara Surat Al-Fiil
dengan surat sebelumnya (Surat Al-Humazah). Menurutnya, dalam Surat Al-Humazah
Allah menyebutkan sifat pengumpat dan pencela yang mengumpulkan harta dan
merasa bangga dengan kekayaannya, Allah kemudian menegaskan bahwa harta tidak
dapat memberikan manfaat apapun di sisinya. Kemudian, dalam Surat Al-Fil, Allah
menyampaikan buktinya dengan menceritakan sejarah pemilik-pemilik gajah yang
memiliki kekuatan yang lebih besar, jumlah yang lebih banyak, dan kedurhakaan
yang lebih hebat dibanding mereka. Namun, Allah menghancurkan mereka dengan
burung-burung kecil dan lemah, sehingga harta, jumlah, maupun kekuatan mereka
sama sekali tidak memberi manfaat. (Syekh Wahbah Zuhaili, At-Tafsirul
Munir,[Damaskus: Dar Fikr, 1411 H] Jilid XXX, hal. 403).
Hancurnya
Pasukan Bergajah
Syekh Wahbah Zuhaili menceritakan
ringkasan sejarah hancurnya ashabul fil atau pasukan bergajah yang beliau kutip
dari Ibnu Hisyam, sebagai berikut:
Di Yaman, ada seorang pemimpin yang
bernama Abrahah bin Ashram al-Ashram, yang diutus oleh raja Habasyah, Ashamah
an-Najasyi. Abrahah membangun gereja besar bernama "Al-Qullais" untuk
menarik orang-orang Arab berziarah. Namun, setelah gereja itu dikotori oleh
seorang laki-laki dari Bani Kinanah, Abrahah marah dan bersumpah akan
menghancurkan Ka'bah sebagai balasan. Ia juga ingin menaklukkan Makkah untuk
memperluas wilayah kekristenan.
Abrahah mengumpulkan pasukan besar
yang mengendarai banyak gajah, dan berangkat menuju Makkah. Ketika tiba di
dekat Makkah, ia mengirimkan pesan kepada penduduk Makkah bahwa dia tidak ingin
berperang, melainkan hanya menghancurkan Ka'bah. Penduduk Makkah merasa
ketakutan, tetapi mereka sadar tidak bisa melawan Abrahah. Saat Abrahah
mendekati Makkah, dia merampok harta benda suku Arab, termasuk unta milik Abdul
Muttalib (kakek Nabi Muhammad) sebanyak dua ratus ekor. Abdul Muttalib
menanggapi dengan bijak bahwa mereka tidak ingin berperang dan percaya bahwa
Allah pasti akan melindungi Ka'bah.
Abdul Muttalib diundang oleh Abrahah
untuk berdialog. Saat bertemu, Abdul Muttalib hanya meminta untuk mengembalikan
unta-untanya, bukan membicarakan Ka'bah. Meski Abrahah menganggap dirinya bisa
menghancurkan Ka'bah, Abdul Muttalib percaya bahwa rumah Allah akan
dilindungi.
Setelah pertemuan itu, Abrahah
memimpin pasukannya ke Ka'bah dengan gajah besar bernama "Mahmud".
Anehnya, saat gajah itu diarahkan ke Ka'bah, ia tidak mau bergerak. Suatu hari,
saat Abdul Muttalib berdoa, ia melihat sekawanan burung aneh yang datang
membawa batu-batu. Burung-burung tersebut melemparkan batu ke arah Abrahah dan
pasukannya, yang menyebabkan banyak dari mereka tewas.
Akhirnya, pasukan Abrahah hancur dan
mereka melarikan diri ke Yaman. Abrahah sendiri terluka parah dan akhirnya mati
dengan cara yang sangat buruk. Kekalahan tersebut membuat orang Arab semakin
mengagungkan Ka'bah dan Quraisy. Peristiwa ini terjadi tahun 570 M, yang
dikenal sebagai Tahun Gajah, dan menjadi salah satu tanda awal untuk kelahiran
Nabi Muhammad. Allah ingin mengagungkan Ka'bah dan mempersiapkan bangsa Arab
untuk menerima Islam. (Az-Zuhaili,XXX/404-406).
Tafsir
Surat Al-Fil
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, frasa
alam tara bermakna alam tukhbar (apakah engkau belum diberi kabar). Ada yang
mengatkan maknanya yaitu alam ta’lam (apakah engkau tidak mengetahui). Ibnu
Abbas berkata: maknanya yaitu alam tasma’ (apakah engkau tidak mendengarkan),
lafaz ini berbentuk istifham tetapi bermakna taqrir (menetapkan). Khitab ayat
ini untuk Nabi Muhammad tetapi bersifat ‘amm (umum), maka maknanya ialah alam
tara wa ma fa'altu bi as-hab al-fil. (Imam Al-Qurthubi, Al-Jami’ Lil Ahkamil
Qur’an,[Kairo:Darul Kutub Al-Misriyah,1384 H], Jilid XX, Halaman 187).
Pada ayat kedua, yaitu alam yaj‘al kaidahum fī
tadhlîl, Imam Al-Baghawi menafsirkan lafaz kaidahum dengan tipu muslihat dan
usaha mereka untuk merusak Ka'bah. kemudian untuk lafaz fī tadhlîl, dari apa
yang mereka kehendaki, dan Allah membuat tipu daya mereka itu menjadi sia-sia
sehingga mereka tidak sampai ke Ka'bah dan tidak mencapai apa yang mereka
inginkan dengan tipu daya mereka. (Imam Al-Baghawi, Ma’alimut Tanzil Fi Tafsir
Al-Qur’an Al-Karim,[Darul Thayyibah Lin Nasyri Wa Tauzi’, 1417 H], Jilid VIII,
Halaman 540).
Kemudian ayat ketiga, Imam Al-Qurthubi memaparkan berbagai riwayat tentang makna dari thairan abâbîl yaitu diantaranya perkataan Said bin Jubair, Burung Ababil ialah burung yang tidak pernah terlihat sebelumnya, dan tidak ada yang serupa dengannya setelah itu. Ada juga riwayat Juwairun dari Ad-Dhahak dari Ibnu Abbas, yaitu:
Artinya: “Saya mendengar Rasulullah berkata: 'Sesungguhnya (burung) itu adalah burung yang berada di antara langit dan bumi, membuat sarang dan bertelur.”
Dari berbagai riwayat dan penjelasan
yang dipaparkan Imam Al-Qurthubi dalam kitabnya menunjukan bahwa, Burung Ababil
adalah burung yang dianggap belum pernah terlihat sebelumnya. Ciri-cirinya
meliputi paruh seperti burung, cakar menyerupai cakar anjing, dan variasi warna
seperti hijau, putih, merah, dan hitam. Para sahabat dan ulama memiliki
berbagai pendapat mengenai makna Ababil, yang bisa berarti burung yang
berkumpul atau bertebaran dari berbagai arah. Burung ini juga terkait dengan
mitos dan perumpamaan, serta dipercaya memiliki sifat-sifat unik dan tidak ada
lagi setelah kemunculannya.(Al-Qurthubi,XX/197).
Pada ayat keempat yaitu tarmiihim bihijaratim, Ibnu Abbas dan Ibnu
Mas’ud menggambarkan kejadian di mana burung-burung melemparkan batu kepada
musuh. Allah mengirim angin yang membuat batu-batu itu lebih kuat saat jatuh.
Tak satu pun batu yang mengenai orang tanpa keluar dari sisi lain tubuhnya,
bahkan jika batu itu jatuh di kepala, maka akan keluar dari belakang.
(Al-Baghawi,VII/541)
Ayat kelima, faja’alahum ka’asfin, Imam
Al-baghawi menjelaskan bahwa Allah menjadikan mereka seperti rumput yang
dimakan. Seperti tanaman dan jerami yang dimakan oleh hewan ternak, lalu
menjadi kering dan terpecah bahagiannya. Ini menggambarkan hancurnya tubuh
mereka seperti terpecahnya bagian-bagian kotoran. (Al-Baghawi,VII/541).
Hikmah dan Pesan dalam Surat Al-Fil
Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan
banyak sekali hikmah dan pesan yang dapat diambil dari Surat Al-Fil,
diantaranya sebagi berikut:
1. Peristiwa
ini menunjukkan kekuasaan Allah, ilmu serta hikmah-Nya dan menunjukkan
kemuliaan Nabi Muhammad karena mendahulukan mujizat sebelum waktu diutusnya
menjadi nabi, sebagai pondasi kenabian dan tanda-tanda awalnya.
2. Kisah
ini menunjukkan bahwa Allah memuliakan
Ka’bah, dan memberi nikmat kaum Quraisy dengan mengusir musuh.
3. Perumpamaan
tentang kehancuran mereka setelah diserang burung yang melempar batu
menggambarkan betapa hina dan rendahnya kekufuran mereka di hadapan Allah.
Mereka digambarkan seperti daun kering atau jerami yang diterbangkan oleh angin
dan menjadi kotoran, yang menunjukkan total kepunahan mereka. Allah ingin
menunjukkan bahwa kematian mereka mirip dengan pemisahan bagian-bagian
kotoran.(Az-Zuhaili,XXX/409-410).
Dengan demikian, sejarah hancurnya
tentara bergajah mengandung banyak pelajaran berharga, terutama mengenai
konsekuensi keangkuhan dan niat jahat. Peristiwa ini menunjukkan bahwa
pertolongan Allah dapat datang dengan cara yang tak terduga untuk melindungi
kebenaran. Selain itu, surat ini menekankan pentingnya menjaga iman serta
menjalankan hak-hak Allah dan hak-hak sesama manusia.
SEMOGA BERMANFAAT
Waallahu
a’lam.
Sumber:
https://nu.or.id/tafsir/tafsir-surat-al-fil-ayat-1-5-sejarah-hancurnya-tentara-gajah-PCOnA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar