GENERASI QUR’AN DIBINA SEJAK DINI

 

GENERASI QUR’AN DIBINA SEJAK DINI



             Sebagai umat Islam, kita menginginkan dan mempunyai cita-cita menjadi umat dan pemeluk agama yang dapat melaksanakan semua perintahNya. Hal ini sering kita dengar dengan istilah menjadi orang yang bertaqwa, yaitu melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Karena dengan taqwa tersebut bisa mengantarkan kita untuk mendapatkan Ridlo Allah SWT.

          Untuk mencapai cita cita mulia tersebut  ada langkah yang harus kita laksanakan yaitu membaca panduan dan pedoman yang telah diberikan oleh Allah SWT.  Panduan  dan pedoman tersebut kita kenal dengan Alqur’an. Alqur’an kitab suci umat Islam yang akan menuntun umatnya ke jalan yang benar dari dunia menuju akherat.

          Untuk bisa mempelajari, membaca, mengamalkan harus dimulai sejak dini. Oleh karena itu di surau, langgar, masjid, TPA atau TPQ setiap sore kita lihat banyak generasi muda yang giat untuk mempelajari Alqur’an. Kita sebagai orang tua harus mempunyai komitmen untuk mendukung dan memotivasi anak-anak kita  rajin belajar Alqur’an. Karena generasi muda sekarang ini merupakan aset yang sangat berharga bagi kita untuk masa depan bahkan di akherat nanti.

          Namun dibalik semangat untuk mempelajari Alqur’an pasti ada kendala dan gangguan yang memudarkan semangat anak-anak untuk berangkat belajar Alqur’an. Diantara gangguan tersebut yaitu, anak mulai digandrungi permainan game, main layang-layang, kelereng, nonton televisi, dan berbagai tawaran permainan teknologi lainnya. Itu semuanya merupakan cobaan yang harus kita hadapi dengan bijaksana. Satu sisi anak jangan ketinggalan teknologi, masa anak-anak harus dialaminya, sisi lain anak harus diisi dengan keimanan. Hati dan pikiran harus seimbang, atau otak dan hati harus seimbang.

          Mengarahkan anak untuk senang mengaji atau belajar Alqur’an jangan sampai terlambat. Alangkah senangnya apabila kita lihat anak masih usia TK, PAUD, RA sudah senang dan bisa baca Alqur’an walaupun dengan terbata-bata. Tetapi hati merasa nestapa dan sedih apabila anak usia SMA, SMK tidak bisa baca Alqur’an dengan lancar. Lebih sedih lagi, anak usia SMK, SMA tidak bisa baca Alqur’an tetapi anak tersebut tidak merasa bersalah, atau tidak merasa berdosa, tidak merasa malu, tidak ada kemauan untuk belajar.

          Kita mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan, memotivasi, supaya mau belajar Alqur’an. Tidak ada kata terlambat untuk memberikan pengarahan, contoh, dan tuntunan kepada generasi muda kita. Semoga generasi muda menjadi generasi qur’ani,,,, Amiin,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar