Keutamaan Membaca Al-Qur’an dalam Hadits Rasulullah
Al-Qur’an juga akan memberikan syafaat pada
hari Kiamat bagi siapa saja yang membacanya. Banyak sekali keutamaan
membaca ayat Al-Qur’an, baik keutamaan membaca ayat Al-Qur’an secara umum
maupun secara khusus. Membaca Al-Qur’an sendiri termasuk ibadah paling utama di
antara ibadah-ibadah yang lain, sebagaimana yang diriwayatkan oleh an-Nu‘man
ibn Basyir:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
أَفْضَلُ عِبَادَةِ أُمَّتِي قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ
Artinya: Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al-Qur’an.” (HR. al-Baihaqi).
Kemudian, orang mukmin yang selalu membaca Al-Qur’an digambarkan
dalam hadits Abu Dawud, seperti buah yang wangi dan manis. Kemudian orang
mukmin yang tidak suka membaca Al-Qur’an digambarkan seperti buah yang rasanya
manis namun tidak wangi. Selanjutnya orang fasik yang suka membaca Al-Qur’an
digambarkan seperti buah yang aromanya wangi namun rasanya pahit. Terakhir,
orang fasik yang tidak suka membaca Al-Qur’an, digambarkan seperti buah yang
tidak beraroma dan rasanya juga pahit.
Al-Qur’an sendiri mengungkapkan, “Dan apabila dibacakan
Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar
kamu mendapat rahmat,” (QS. Al-A‘raf [7]: 204). Menurut para ulama tafsir,
adanya perintah menyimak bacaan Al-Qur’an berarti adanya perintah membaca
Al-Qur’an. Jika mendengar saja sudah mengundang rahmat, apalagi membacanya.
Hadits tentang keutamaan membaca Al-Qur’an yang cukup familiar
adalah hadits riwayat Abdullah Ibnu Mas‘ud yang menyatakan, setiap huruf yang
dibaca akan diberi balasan satu kebaikan. Setiap kebaikan dilipatkan menjadi
sepuluh, sebagaimana berikut ini.
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ
حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ
حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Artinya: Kata
‘Abdullah ibn Mas‘ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa
saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan mendapat
satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya.
Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm
satu huruf, dan mîm satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi).
Menurut ‘Ali ibn Abi Thalib karramallahu
wajhah, keutamaan yang diungkap hadits di atas diperuntukkan kepada orang yang
membacanya di luar shalat walaupun tidak dalam keadaan suci. Sementara
keutamaan orang yang membaca ayat Al-Qur’an dalam shalat, dan dilakukan saat
berdiri, maka balasannya adalah 100 kebaikan. Kemudian jika dibaca pada saat
duduk shalat, balasannya adalah 50 kebaikan. Adapun dibaca di luar shalat dan
dalam keadaan suci, balasannya adalah 25 kebaikan. Sungguh Allah Mahakuasa
melipatkan balasan atas kebaikan hamba-Nya.
Dalam hadits yang lain, keutamaan membaca
Al-Qur’an disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapa saja yang
membaca Al-Qur’an seratus ayat dalam satu malam, maka akan dicatat untuknya
ketaatan satu malam itu.” (HR. Ahmad).
Dalam riwayat lain, disebutkan, “Siapa
yang membaca 100 ayat dalam satu malam, maka tidak tercatat sebagai orang yang
lalai.” Riwayat berikutnya mengatakan,
“Ketika seorang hamba mengkhatamkan Al-Qur’an, maka di penghujung khatamnya,
sebanyak 60 ribu malaikat akan memohonkan ampun untuknya” (HR. ad-Dailami).
Tak hanya itu, Al-Qur’an juga akan
memberikan syafaat pada hari Kiamat bagi siapa saja yang membacanya,
sebagaimana hadits dari Abu Umamah al-Bahili:
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَءُوا الْقُرْآنَ؛ فَإِنَّهُ يَأْتِي شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
لِصَاحِبِهِ
Artinya,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Bacalah Al-Qur’an. Sebab,
ia akan datang memberikan syafaat pada hari Kiamat kepada pemilik (pembaca,
pengamal)-nya,” (HR. Ahmad).
Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa
orang yang sibuk membaca Al-Qur’an dan tak sempat membaca dzikir yang lain akan
diberi balasan terbaik melebihi balasan mereka yang meminta, sebagaimana
riwayat Abu Sa‘id dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Allah
berfirman:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى مَنْ شَغَلَهُ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ عَنْ ذِكْرِي
وَمَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ ثَوَابِ السَّائِلِينَ وَفَضَلُ الْقُرْآنِ عَلَى
سَائِرِ الْكَلَامِ كَفَضْلِ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ
Artinya:
Allah berfirman, “Siapa saja yang disibukkan oleh membaca Al-Qur’an, hingga tak
sempat dzikir yang lain kepada-Ku dan meminta kepada-Ku, maka Aku akan
memberinya balasan terbaik orang-orang yang meminta. Ingatlah, keutamaan
Al-Qur’an atas kalimat-kalimat yang lain seperti keutamaan Allah atas
makhluk-Nya,” (HR. Al-Baihaqi).
Atas dasar ini, para ulama menyebutkan
bahwa membaca Al-Qur’an lebih utama daripada dzikir dengan kalimat-kalimat umum
yang tidak terpaku pada waktu dan tempat.
Selain keutamaan di atas, masih banyak lagi keutamaan membaca Al-Qur’an
yang disebutkan para ulama.
Di antaranya dapat melembutkan dan
menerangi hati, memfasihkan lisan, memudahkan urusan, dan terkabulnya berbagai
permintaan. Tak hanya itu, bila dihadiahkan kepada orang yang meninggal, bacaan
Al-Qur’an juga akan mendatangkan kebaikan tersendiri untuknya.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh
Imam Ahmad ibn Hanbal dan sebagian ulama Syafii. Sebab, dalam pandangan mereka,
kebaikan membaca Al-Qur’an yang dihadiahkan kepada ahli kubur akan sampai. Terakhir, kiranya perlu diingatkan bahwa
membaca Al-Qur’an hendaknya dilakukan dengan tartil dan memenuhi adab-adabnya,
seperti dalam keadaan berwudhu, di tempat yang suci, menghadap kiblat,
menghadirkan hati, disertai kekhusyukan, kerendahan hati, penghayatan, dan
pengagungan terhadap Dzat pemilik kalam, seakan-seakan sedang bertutur sapa
dengan-Nya atau sedang dinasihati-Nya. Saking pentingnya memenuhi tartil dan
adab membaca Al-Qur’an, Ibnu ‘Abbas pernah berkata, “Satu surat yang aku baca
dengan tartil lebih aku sukai daripada membaca seluruh Al-Qur’an tanpa tartil.”
Bahkan Anas ibn Malik juga mengatakan,
“Banyak sekali orang yang membaca Al-Qur’an, namun Al-Qur’an sendiri
melaknatnya.” Dijelaskan para ulama, membaca Al-Qur’an yang dilaknat oleh
Al-Qur’an sendiri adalah membaca yang asal-asalan tanpa adab.
Semoga bermanfaat
Sumber:
https://www.nu.or.id/syariah/keutamaan-membaca-al-qur-an-dalam-hadits-rasulullah-egWze
Tidak ada komentar:
Posting Komentar