Menghidupkan Spirit Lailatul Qadar dalam Kehidupan Sehari-hari
Untuk bertemu dengan malam
lailatul qadar, seorang hamba sesungguhnya bisa mempersiapkan diri sejak awal
Ramadhan tiba. Ini menunjukkan bahwa kebaikan harus bersifat kontinu
sebagaimana kemuliaan yang ditunjukkan pada malam lailatul qadar dan dampaknya
terhadap kehidupan di masa-masa yang akan datang atau dalam kehidupan
sehari-hari setelah bulan Ramadhan.
Prof Muhammad Quraish Shihab
dalam Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
(1999) mengungkapkan amalan-amalan agar seorang hamba bisa bertemu malam
tersebut. Namun, yang harus diperhatikan ialah selain bertemu malam lailatul
qadar, manusia juga mendapatkannya sehingga amalan-amalan baik harus dilakukan
untuk mendapatkan kemuliaan malam tersebut.
Pertama, Al-Qur’an menyatakan, bahwa dalam malam lailatul qadar,
Malaikat turun (QS Al-Qadr: 4). Ketika Malaikat turun dan mengunjungi
seseorang, Malaikat senang dengan kebaikan, melingkupi kebaikan apa saja.
Malaikat mendukung manusia yang berbuat baik. Dengan demikian, melakukan
kebaikan secara terus-menerus bisa mengantarkan manusia mendapatkan malam
lailatul qadar. Berbuat baik juga terkait dengan kesempatan dan waktu. Artinya,
manusia jangan menunda kebaikan, apalagi ketika orang lain sangat membutuhkan
bantuan dan kebaikan tersebut saat itu juga. Di situlah malam kemuliaan akan
datang kepada manusia yang Malaikat juga turut datang kepadanya.
Kedua, di malam lailatul qadar ada kedamaian sampai fajar (QS
Al-Qadr: 5). Artinya, damai dengan diri dan damai dengan orang lain. Damai itu
ada damai aktif dan ada damai pasif. Misal ketika manusia naik bus, banyak
orang di bus, lalu hanya duduk diam, tidak menyapa samping kiri dan samping
kanannya. Hal itu termasuk damai, tetapi damai pasif. Lain halnya dengan damai
aktif yaitu ketika saling menyapa atau memberi sesuatu kepada orang lain dengan
tujuan yang baik. Hal ini juga berlaku bahwa ketika manusia tidak bisa memuji
orang lain, tidak perlu memakinya. Kalau tidak bisa memberi sesuatu kepada
orang lain, jangan lalu mengambil haknya. Kalau tidak bisa membantunya, jangan
menjerumuskannya. Ini prinsip kedamaian yang dapat mewujudkan kesejahteraan
lahir dan batin. Di saat itulah manusia mendapat malam kemuliaan, yaitu malam
lailatul qadar.
Untuk memperoleh pemahaman
yang jernih terkait malam lailatul qadar, Quraish Shihab (Membumikan Al-Qur’an,
1999) memberikan penjelasan terkait arti dan makna kata qadar. Penulis kitab
Tafsir Al-Misbah tersebut memaparkan tiga arti pada kata qadar, sebagai
berikut:
Pertama, qadar berarti penetapan atau pengaturan sehingga lailatul
qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia.
Pendapat ini dikuatkan oleh penganutnya dengan Firman Allah pada QS Ad-Dukhan
ayat 3. Ada ulama yang memahami penetapan itu dalam batas setahun. Al-Qur’an
yang turun pada malam lailatul qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah swt
mengatur dan menetapkan khittah dan strategi bagi Nabi-Nya, Muhammad saw guna
mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan
perjalanan sejarah umat manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
Kedua, qadar berati kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia yang
tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Qur’an
serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.
Kata qadar yang berarti mulia ditemukan dalam ayat ke-91 Surat Al-An’am yang
berbicara tentang kaum musyrik: Ma qadaru Allaha haqqa qadrihi idz qalu ma
anzala Allahu ‘ala basyarin min syay’i (mereka itu tidak memuliakan Allah
sebagaimana kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak
menurunkan sesuatu pun kepada manusia).
Ketiga, qadar berarti sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit,
karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam
Surat Al-Qadar: Pada malam itu turun malikat-malaikat dan ruh (Jibril) dengan
izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (Fathoni Ahmad)
Semoga bermanfaat
Sumber:
https://islam.nu.or.id/ramadhan/menghidupkan-spirit-lailatul-qadar-dalam-kehidupan-sehari-hari-CdeTn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar