Persiapan Diri Menyambut Ramadhan
Adalah sebuah kesempatan yang demikian mahal karena saat ini
kita sedang berada di bulan Sya’ban sebagai pintu masuk bulan Ramadhan. Juga
kita dikumpulkan di masjid yang juga merupakan salah satu tempat terbaik di
dunia. Demikian pula yang juga layak disyukuri adalah kita dipertemukan dengan
saudara seiman dalam suasana yang demikian berbahagia.
Oleh sebab itu mari kita gunakan waktu yang demikian bermakna
ini dengan cara meningkatkan takwallah yakni menjalankan perintah dan menjauhi
yang dilarang. Karena boleh jadi kesempatan seperti ini akan tidak kita jumpai
lagi di kesempatan lain. Sungguh beruntung umat Islam yang bisa menjadikan
waktu seperti saat ini dengan berusaha sebaik mungkin meningkatkan takwallah
tersebut. Sadar bahwa dalam kesehariannya senantiasa dalam pantauan Allah SWT.
Bila masih diberikan umur panjang, kita harus menyiapkan diri
menghadapi bulan Ramadhan, bulan paling mulia dari segala bulan. Bentuk
persiapan itu tentunya boleh berbeda-beda. Bagi pedagang pakaian, segeralah mengumpulkan
modal dagangnya, untuk menyambut bulan Ramdhan dan hari yang fitri. Bagi
pengusaha hendaklah segera mempersiapkan diri mengatur jadwal kerja yang tidak
merusak khidmat bulan Ramadhan tetapi juga tidak mengurangi kwalitas produksi.
Bagi para pengajar, guru dan dosen juga para ustadz, bersiaplah dengan materi
seputar tema Ramadhan, mulai dari sisi fiqih, hikmah dan rahasia Ramadhan.
Namun bagi siapapun saja, hendaknya menyiapkan diri memasuki
Ramadhan dengan bermuhasabah mengintrospeksi diri. Menghitung dan mengkalkulasi
amal yang telah kita lakukan selama hidup hingga kini. Jikalau kita merasa amal
baik lebih mendominasi dalam kehidupan, maka janganlah besar hati, karena itu
menunjukkan buruknya amal hati kita. Dan biasanya perasaan tersebut (merasa
diri baik) akan menyeret manusia dalam kehinaan dan ketakabburan. Ingatlah
sebuah maqalah atau pesan yang menyatakan bahwa "orang baik adalah merasa
dirinya buruk, dan orang buruk adalah mereka yang mengaku dirinya baik."
Namun jika hasil kalkulasi itu menjadikan diri kita semakin
merasa kurang baik, maka segeralah menambahkan berbagai amal kebaikan, selagi
umur masih di kandung badan, semoga Allah Yang Maha Kuasa memanjangkan umur
kita hingga menikmati bulan Ramadhan yang suci.
Para orang tua kita menyebutkan bulan Sya'ban dengan nama bulan
Ruwah, yang sangat identik dengan kata arwah. Sebenarnya kata ruwah atau arwah
hanyalah sebagai penanda bahwa bulan Sya'ban adalah bulan paling tepat untuk
mengingatkan manusia akan wacana akhirat mulai dari sakaraul maut, kematian,
alam kubur dan alam akhirat. Sesungguhnya mengenang kematian dengan datang ke
kuburan atau mengirim doa arwahan adalah banyak faedahnya bagi kita yang masih
ada umur di dunia. Karena hal itu bisa menyemangati diri meningkatkan dan
melipatgandakan amal di bulan Ramadhan nanti, dan akan menambah rasa takut
dalam diri hingga senantiasa menghindari segala dosa.
Mengenai keadaan alam kubur, ada sebuah hikayat yang patut untuk
disimak. Hikayat yang diceritakan melalui Abu Bakar al-Ismaili bahwasannya
Sayyidina Utsman bin Affan tidak meneteskan air mata ketika digambarkan
kepedihan neraka dengan segala siksanya. Beliau juga tidak menangis ketika
dijabarkan mengenai kedahsyatan hari kiamat. Dan beliau juga tetap kuat
mendengarkan gambaran tentang kehidupan di akhirat. Akan tetapi beliau menangis
ketika diterangkan tentang kehidupan di alam kubur. Kenapa bisa demikian?
Sayyidina Utsman menjawab: “Jika saya berada di dalam neraka, saya masih
bersama-sama manusia. Jika saya di hari kiamat nanti, saya juga masih
bersama-sama dengan manusia lainnya. Tapi jika saya di dalam kuburan, maka saya
sendirian tidak ada teman yang menemani. Sedangkan kunci kuburan itu ada pada
malaikat Israfil yang hanya akan membukanya ketika kiamat tiba."
Demikianlah Sayyidina Utsman gentar dengan kehidupan di dalam
kubur. Karena sesungguhnya kuburan itu adalah salah satu lubang dari lubang
neraka yakni tempat yang menyengsarakan bagi mereka yang hidupnya penuh dengan
dosa. Dan menjadi bagian dari taman surga kepada mereka yang beramal salih.
Demikianlah hadits Rasulullah SAW
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنما القبر روضة من رياض الجنة
أو حفرة من حفر النار
Artinya: Maka kuburan adalah serambi akhirat atau miniatur
akhirat yang penuh dengan pembalasan amal. Jika amal kita di dunia baik, maka
kuburan akan menjadi surga yang bersahabat. Tetapi jika amal kita di dunia
penuh maksiat, maka kuburan menjadi neraka dan musuh yang sangat jahat.
Kemudian kuburan akan memperluas rongganya untuk mayit
seolah-olah panjang dan luas sepanjang penglihatannya, dan juga di buka pintu
surga banginya. Dan apabila yang dikebumikan adalah orang kafir, atau orang
yang durhaka, maka kuburan itu menyambutnya: La marhaban wala ahlan wala
sahlan, engkau adalah salah satu orang yang kubenci dari sekian orang yang
berjalan di atas punggungku. Sekarang kau berada di bawah kekuasaanku. Sekarang
kau akan tahu sendiri apa yang akan aku lakukan kepadamu. Maka kuburan pun
menghimpitnya, sehingga tulang-tulang rusuknya akan patah berlawanan. Kemudian
periwayat mengatakan: Lalu Rasulullah SAW berisyarat dengan memasukkan
jari-jari tangan ke dalam jari-jari tangan yang lain dan kemudian Rasulullah
SAW melanjutkan perkataannya: Kemudian Allah SAW mengirimkan kedalam kubur itu
tujuh puluh naga yang andaikan salah satu naga itu mengembus bumi, niscaya bumi
tidak akan menumbuhkan tumbuhan selamanya. Tujuh puluh naga tersebut lalu
menguis-nguis dan mencakar-cakarnya sehingga kuburan menjadi kosong sampai
besok hari hisab
Lalu bagaimanakah jika ternyata memang amal-amal buruk kita
terlalu banyak? Maka bertobatlah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertobat, innallaha yuhibbut tawwabiina wa yuhibbul mutathahhiriin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar