Tiga Peristiwa Bersejarah pada 17
Ramadhan
Ramadhan, selain memiliki keistimewaan
sebagai bulan penuh keberkahan, juga menyimpan berbagai memori yang terukir
sepanjang sejarah peradaban agama Islam, dari yang momen haru hingga pilu.
Berikut ini tiga peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Ramadhan, lebih
tepatnya di tanggal 17.
1. Pertama
Kali Rasulullah saw Menerima Wahyu
Pada saat mendekati diutusnya Rasulullah
saw menjadi seorang rasul, beliau sering menyendiri di gua Hira. Sebagaimana
dinarasikan oleh Sayyidah Aisyah ra:
وَكَانَ يَخْلُو
بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ، وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ
الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ
يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا
Artinya, "Rasulullah menyendiri di
gua Hira, beliau beribadah di sana selama beberapa malam, sebelum kemudian
pulang pada Sayyidah Khadijah dan mengambil bekal lalu kembali ke gua Hira.
Begitu seterusnya."
Berhari-hari beliau di gua tersebut.
Pulang mengambil bekal makanan, lalu kembali ke gua Hira. Demikian itu
berlanjut hingga akhirnya beliau didatangi malaikat Jibril membawa wahyu untuk
pertama kali. Kedatangan Jibril as membawa wahyu untuk pertama kali ini,
menurut Imam Muhammad Al-Baqir terjadi pada tanggal 17 Ramadhan. Sebagaimana
dicatat oleh Ibnu Katsir:
وروى الواقديُّ بسند
عن أبي جعفر الباقر أنه قال: كان ابتداءُ الوحي
إلى رسول اللَّه صلى الله عليه وسلم يومَ الاثنين، لسبعَ عشرةَ ليلة خلَتْ
من رمضان
Artinya, "Al-Waqidi meriwayatkan
dari Abi Ja'far Muhammad Al-Baqir. Beliau (Abu Ja'far) berkata: Pertama kali
wahyu disampaikan pada Rasulullah saw di hari Senin, tanggal 17
Ramadhan."
Memang ada beberapa pendapat mengenai
kapan pertama kali wahyu disampaikan pada Rasulullah. Dalam Al-Bidayah wan Nihayah
sendiri, Ibnu Katsir menyebutkan dua pendapat lain. Ada yang berpendapat
tanggal 12 Ramadhan dan ada yang berpendapat 24 Ramadhan.
Berbeda dengan semua pendapat tersebut,
Shafiyyurrahman Mubarakfuri menyebutkan:
وبعد النظر والتأمل في القرائن
والدلائل يمكن لنا أن نحدد ذلك اليوم بأنه كان يوم الإثنين لإحدى وعشرين مضت من
شهر رمضان ليلا، ويوافق ١٠ أغسطس سنة ٦١٠ م
Artinya, "Setelah meneliti beberapa
petunjuk dan dalil, dapat kita simpulkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada
hari Senin, 21 Ramadhan, bertepatan dengan 10 Agustus tah
2. Perang
Badar Perang
Badar adalah pertempuran pertama pasukan
Muslimin di medan perang. Badar nama sebuah tempat berjarak ± 150 km dari
Madinah. Perang ini terjadi pada hari Jum'at, tanggal 17 Ramadhan tahun kedua
Hijriah. Tahun yang sama dengan dimulainya kewajiban puasa Ramadhan. Rasulullah bersama 300an pasukan bertempur
melawan orang-orang Quraisy yang berjumlah tiga kali lipat. Perang ini berakhir
dengan kemenangan kaum Muslimin. Tercatat ada 70 korban dari pasukan musuh, 14
korban dari pasukan Muslimin, dan 70 orang tawanan perang dari orang Quraisy.
(Sa'id Ramadhan Al-Buthi, Fiqhus Sirah, [Beirut, Darul Fikr: 2019], halaman 171-173).
Perang
ini sangat menentukan bagi keberlangsungan dan masa depan agama Islam. Hal ini
tercermin dari penggalan doa yang Rasulullah saw panjatkan saat perang
tersebut:
اللَّهُمَّ آتِ
مَا وَعَدْتَنِي، اللَّهُمَّ إِنْ تَُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَُ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي
الْأَرْضِ
Artinya, "Ya Allah, berikanlah sesuatu yang telah engkau
janjikan padaku. Ya Allah, jika Engkau takdirkan pasukan muslimin ini kalah,
maka tak ada yang akan menyembah-Mu di muka bumi."
Allah tak akan
sekali mengingkari janji-Nya, setelah Rasulullah bersimpuh memohon pada-Nya,
Allah kirimkan seribu malaikat untuk membantu pasukan muslimin, hal ini
diabadikan dalam surat Al-Anfal ayat 9:
إِذْ
تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَٱسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّى مُمِدُّكُم بِأَلْفٍ مِّنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ
مُرْدِفِينَ
Artinya, "(Ingatlah), ketika kamu
memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:
"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut". (Muslim bin Al-Hajjaj, Shahih
Muslim, [Beirut: Dar Thuqin Najah, 2012], juz V, halaman 156).
3.
Tragedi
Pembunuhan terhadap Sayyidina Ali ra
Ada
sebuah fakta yang memilukan dalam sejarah Islam. Tiga dari Empat Khulafaur
Rasyidun wafat terbunuh. Tiga orang yang wafat karena dibunuh adalah Umar ra
(khalifah kedua), Utsman ra (khalifah ketiga), dan 'Ali ra (khalifah keempat).
Hanya Abu Bakr ra yang wafat karena sakit.
Siapa sangka, seorang khalifah, menantu, sepupu, dan orang terdekat
Rasulullah saw, dan banyak atribusi lain yang dapat kita sematkan pada tokoh
satu ini, hingga Imam Ahmad bin Hanbal berkata:
ما ورد لأحد من
أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم من الفضائل ما ورد لعلي
Artinya, "Tidak ada satupun sahabat
Rasulullah saw yang mendapat keutamaan (berdasarkan hadits-hadits yang ada)
sebagaimana yang didapat 'Ali."
Namun siapa sangka, orang seistimewa itu
wafat dibunuh oleh mantan pendukungnya sendiri. Pada pagi hari Jum'at, 17
Ramadhan tahun 40 H, tepatnya waktu subuh, Ali ra berjalan menuju masjid seraya
berseru:
أيها الناس،
الصلاة الصلاة
Artinya, "Semuanya, waktunya shalat,
waktunya shalat."
Di tengah jalan, ia dikejutkan oleh sabetan pedang Abdurrahman ibnu
Muljam yang mengenai dahinya hingga tembus ke otak. Orang-orang segera
menyelamatkannya dan tentu menangkap Ibnu Muljam, yang merupakan salah satu
anggota kelompok Khawarij. Namun nahas, Sayyidina 'Ali ra tak terselamatkan.
Pada Sabtu malam menantu sekaligus sepupu Rasulullah saw ini menghembuskan
nafas terakhir. (Abdurrahman As-Suyuthi, Tarikhul Khulafa' [Jakarta: Darul
Kutubil Islamiyyah, 2011], halaman 157).
Semoga bermanfaat
Sumber:
https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/tiga-peristiwa-bersejarah-pada-17-ramadhan-nomor-tiga-tragedi-memilukan-sayyidina-ali-lIjpp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar