PENJELASAN ISI QS YUNUS 40-41 (BAGIAN 1)

 PENJELASAN ISI QS YUNUS 40 41



Penjelasan Tafsir

Menurut Jalāluddin  Muhammad  bin Ahmad  al-Mahali  dan Jalāluddin ‘Abdurrahman bin Abu Bakar al-Suyuthi dalam Kitab Tafsir al-Jalalain, bahwa Q.S. Yūnus/10: 40 menjelaskan tentang penduduk Makkah pada masa Nabi Muhammad Saw. terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:

Pertama, orang-orang yang beriman kepada al-Qur’an; Kedua, orang-orang yang tidak beriman selamanya.

Kemudian maksud kata   وَمِنْهُم (dan diantara mereka), menurut pakar tafsir, Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab menjelaskan di antara kaum musyrikin, ada orang yang percaya kepadanya, tetapi menolak kebenaran al-Qur’an karena keras kepala dan demi mempertahankan kedudukan sosial mereka. Selain itu diantara mereka ada juga memang benar-benar lahir dan batin tidak percaya kepadanya serta enggan memerhatikannya karena hati mereka telah terkunci. Tuhanmu Pemelihara dan Pembimbingmu, wahai Muhammad, lebih mengetahui tentang para perusak yang telah mendarah daging dalam jiwanya yang sedikitpun tidak menerima kebenaran tuntunan ilahi.  

Sedangkan maksud dari    وَرَبُّكَ اَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِيْنَ (sedangkan  Tuhanmu lebih mengetahui orang-orang yang membuat kerusakan). Menurut Ibnu ‘Asyur kalimat ini merupakan peringatan sekaligus ancaman bagi kelompok yang tidak beriman. Sementara itu, Ibnu Katsir berpendapat bahwa Allah Swt. lebih mengetahui siapa yang akan mendapat hidayah dan siapa yang memilih kesesatan. Sedangkan menurut al-Maraghi menjelaskan bahwa Allah Swt. paling mengetahui kerusakan yang mereka perbuat dengan perbuatan syirik, dzalim dan melampaui batas. Allah Swt. akan memberikan balasan kepada mereka di dunia dan akhirat, serta menolong Nabi dan umatnya yang beriman.

Dalam menyikapi kelompok kedua tersebut (orang yang tetap dalam  kekufuran) Allah Swt. memerintahkan Nabi menyampaikan kepada mereka bahwa Nabi telah menyampaikan ajaran-Nya melalui kabar gembira dan peringatan Nabi tidak dapat memaksa mereka untuk beriman, dan apapun balasan dari perbuatan mereka akan ditanggung oleh mereka sendiri. Menurut al-Sya’rawi ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya keimanan adalah perbuatan hati, bukan perbuatan yang dzahir, maka kita tidak bisa mengetahui apa yang ada di hati seseorang. Oleh karena itu di akhir ayat 40, Allah Swt. menegaskan Dialah yang lebih mengetahui perbuatan orang-orang yang berbuat kerusakan dengan tidak beriman dan mendustakan ajaran Nabi Muhammad Saw.

Ayat ini juga diturunkan untuk menghibur Nabi dari sikap orang yang tidak mau beriman kepada ajaran-Nya. Allah Swt. mengetahui bahwa Nabi telah melaksanakan tugas menyampaikan ajaran Islam dengan baik kepada umatnya. Oleh karena itu, pada ayat 41 Allah Swt. menegaskan bahwa Nabi dan umat yang beriman tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas kedurhakaan umat yang tidak mau beriman. Kelak di akhirat Allah Swt. akan memberikan balasan kepada orang yang tidak beriman, karena setiap manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.


Q.S. Yūnus /10 : 40-41 dan Hubungannya dengan Toleransi

Dari penjelasan tafsir di atas, Q.S. Yūnus/10: 40-14 erat kaitannya dengan toleransi. Sebelum membahas kaitan antara keduanya, alangkah baiknya, kalian mengetahui maksud toleransi, mengapa toleransi penting bagi umat manusia?

Pengertian toleransi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi artinya sifat toleran; batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Sifat toleran di sini maksudnya bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut dengan kata tolerance yang berarti toleransi, kesabaran, dan kelapangan dada.

Sedangkan toleransi dalam bahasa Arab sebagaimana dalam Mu‘jam Maqayis al-Lughah disebut dengan istilah tasamuh. Kata tasamuh adalah bentukan dari kata samaha, yang secara bahasa berarti lembut dan mudah. Sedangkan menurut Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, tasamuh berarti berkisar antara kemurahan hati, mudah memaaKan, lapang dada, kesabaran, ketahanan emosional, menenggang rasa, menghargai, dan sebagainya. Selain tasamuh, toleransi dalam Bahasa arab disebut dengan kata al- samhah. Menurut Ibnu Manzhur dalam Lisan al-‘Arab, samhah berarti tidak menyusahkan dan tidak memberatkan. Berdasarkan hal tersebut samhah sama dengan moderat, yakni berada di pertengahan, tidak condong pada salah satu sisi. Kemoderatannya ditunjukkan dengan ajaran Islam yang mudah, tidak menyusahkan dan memberatkan umatnya.

Dari pengertian tersebut kata kunci dari toleransi adalah menghargai orang lain yang berbeda baik pendapat, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya dengan pendirian sendiri. Orang yang toleran adalah orang yang memiliki kesabaran, kelapangan dada, dan daya tahan.

Sedangkan dasar toleransi dalam Islam, sebagaimana hadis Nabi Muhammad Saw. berikut.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قِيْلَ لِرَسُولِ اللهِ صم : أَيُّ الْآَدْيَانِ أَحَبُّ اِلَى اللهِ قَالَ : اَلْحَنِيْفِيَّةُ السّمْحَةُ 

Artinya: “Dari Ibnu ‘Abbas, ia mengatakan seseorang bertanya kepada Nabi, ajaran agama Islam apakah yang paling dicintai Allah? Rasulullah menjawab: ajaran yang al-hanifiyyah dan al-samhah.” (H.R. Ahmad)

Dari Hadis tersebut, para ulama menjelaskan bahwa dari sekian banyak ajaran agama Islam, yang paling dicintai Allah adalah ajaran al-hanifiyyah dan al-samhah. Maksud al-hanifiyyah adalah ajaran kebaikan yang jauh dari keburukan atau kebatilan. Sedangkan al-samhah (toleran) adalah perilaku yang memudahkan, tidak mengandung ajaran yang memaksa atau memberatkan umatnya. Al-Samhah dibangun di atas prinsip kemudahan, berdasarkan firman Allah Swt.: “Dan Dia tidak menjadikan kesukaran bagi kalian dalam agama ini…” (Q.S. al-Hajj: 78).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar