ULAMA INDONESIA UNTUK DUNIA
Riwayat Hidupnya
Nama populernya Syekh Hamzah Fansuri, atau Hamzah al-Fansuri. Nama al-Fansuri sendiri berasal dari Arabisasi kata Pancur, sebuah kota kecil di pantai Barat Sumatra yang kini terletak antara Singkil (Aceh) dan Sibolga (Sumatra Utara). Merujuk zaman Kerajaan Aceh Darussalam, kampung Fansur itu terkenal sebagai pusat pendidikan Islam di bagian Aceh Selatan.
Beliau berasal dari Barus
(saat ini di provinsi Sumatera Utara). Di jaman itu, wilayah Barus sering disinggahi para
saudagar dan musafir dari mancanegara. Bahkan,
disebut oleh Sastrawan
Abdul Hadi, signifikansinya
sudah tercantum dalam naskah sejarah Yunani Kuno yang
ditulis pada abad kedua sebelum Masehi (SM).
Namun, ada pula yang berpendapat lain,
bahwa Hamzah Fansuri dilahirkan di Ayuthia, ibukota lama kerajaan Siam
(Thailand). Seperti pendapat Syed Naguib al-Attas, bahwa keluarganya memang
berasal dari Barus, tetapi dirinya sendiri lahir di Syahr Nawi, yakni Ayuthia,
ibu kota Kerajaan Siam yang berdiri pada 1350.
Sepanjang hayatnya, Syekh Hamzah Fansuri tidak hanya fasih
berbahasa Melayu, tetapi juga Jawa, Siam, Hindi, Arab, dan Persia. Bahasa Arab
dan Persia merupakan bahasa penting pada abad ke-16. Saat itu, di Barus sudah
berkembang suatu dialek bahasa Melayu yang unggul, di samping dialek Malaka dan
Pasai. Oleh karena itu, bahasa Melayu yang dipakai Hamzah Fansuri dalam
karya-karyanya dapat dianggap contoh terbaik ragam bahasa Melayu.
Teladan yang dapat dicontoh
Sepanjang hayatnya, Syekh Hamzah Fansuri
tidak hanya fasih berbahasa Melayu, tetapi juga Jawa, Siam, Hindi, Arab, dan
Persia. Bahasa Arab dan Persia, merupakan bahasa penting pada abad ke-16,
termasuk mengenai tasawuf Islam.
Di Barus pada masa itu, sudah berkembang
suatu dialek bahasa Melayu yang unggul, di samping dialek Malaka dan Pasai.
Oleh karena itu, bahasa Melayu yang dipakai Hamzah Fansuri dalam karya-karyanya
dapat dianggap contoh terbaik ragam bahasa Melayu Barus.
Semua pegiat Sastra Nusantara menyebut
bahwa Hamzah Fansuri adalah penyair agung di rantau Sumatera. Disebutkan oleh A
Teeuw, ketika Valentijn (seorang sarjana Belanda) mengunjungi Barus pada 1706,
ia membuat catatan yang menunjukkan kekagumannya kepada sang penyair.
‘’Seorang penyair Melayu, Hamzah Pansur, adalah sosok terkemuka di
lingkungan orang-orang Melayu, karena syair dan puisinya yang menakjubkan. Kita
dibuat dekat kembali dengan kota kelahiran sang penyair, jika mengangkat naik
timbunan debu kebesaran dan kemegahan masa lampau,’’ tulis Valentijn.
Karya Tulisnya
Syekh Hamzah Fansuri merupakan figur
penting dalam sejarah kebudayaan Melayu-Indonesia. Kemasyhurannya meliputi
banyak bidang, yakni kesusastraan, tasawuf, dan dakwah Islam. Namun, sedikit
sekali yang dapat memastikan detail riwayat hidup sang perintis tradisi
penulisan syair berbahasa Melayu itu.
Berikut ini, sedikir rincian karya beliau
yang terkait dengan kesusatraan Melayu:
Syair Hamzah Fansuri terdiri atas 13-21
bait. Setiap bait terdiri atas empat baris, yang berima a-a-a-a. Pada umumnya
jumlah kata tiap baris ada empat, meskipun terdapat pengecualian. Syair Hamzah
al-Fansuri banyak dipengaruhi puisi-puisi Arab dan Persia (seperti rubaiyat
karya Umar Khayyam), namun tetap ada perbedaan, yakni: Rima Rubaiyat adalah
a-a-b-a, sedangkan Hamzah al-Fansuri memakai rima a-a-a-a.
Selanjutnya, jika ditelaah dari segi tema
setiap syair yang dikarang Hamzah al-Fansuri, lebih banyak membahas tentang
aspek tasawuf. Hal ini, dikarenakan bidang lain yang diminati adalah tasawuf,
selain sastra dan dakwah Islam.
Hamzah Fansuri banyak melakukan kreasi
atau inovasi baru, yang sebelumnya tidak dikenal dalam sastra Melayu lama.
Misalnya, memperkenalkan bentuk puisi baru untuk mengekspresikan diri. Inovasi lain adalah pemakaian bahasa yang kreatif. Hamzah
Fansuri tidak segan- segan meminjam kata-kata dari bahasa Arab dan Persia dalam
puisinya.
Adapun karya-karya Syekh Hamzah Fansuri
yang sampai saat ini masih dapat ditelaah, dikaji dan dinikmati adalah:
Kelompok Puisi
1) Syair
Burung Unggas
2) Syair
Dagang
3) Syair
Perahu
4) Syair
Si Burung pipit
5) Syair
Si Burung Pungguk
6) Syair Sidang Fakir
Kelompok Prosa
1) Asrār
al-‘Ārifīn
2) Sharab
al-‘Āsyikīn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar