MACAM DAN CABANG IMAN
Macam-macam Syu’abul Iman
Terdapat beberapa ahli hadis yang
menulis risalah mengenai syu’abul iman atau cabang-cabang iman. Di antara para
ahli hadis tersebut adalah:
a. Imam
Baihaqi RA yang menuliskan kitab Syu’bul Iman;
b. Abu
Abdilah Halimi RA dalam kitab Fawaidul Minhaj;
c. Syeikh
Abdul Jalil RA dalam kitab Syu’bul Iman;
d. Imam Abu Hatim RA dalam kitab Washful Iman wa Syu’buhu
Para
ahli hadis ini menjelaskan dan merangkum 77 cabang keimanan tersebut menjadi 3
kategori atau golongan berdasarkan pada hadis Ibnu Majah berikut ini:
………………………………
Artinya:"Dari Ali bin Abi Thalib
r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: iman adalah tambatan hati, ucapan lisan
dan perwujudan perbuatan" (H.R. Ibnu Majah).
Dengan
kata lain, dimensi dari keimanan itu menyangkut tiga ranah yaitu:
1. Ma'rifatun
bil qalbi yaitu meyakini dengan hati
2. Iqrarun
bil lisan yaitu diucapkan dengan lisan
3. ‘Amalun
bil arkan yaitu mengamalkannya dengan perbuatan anggota badan.
Dari
pengelompokan berdasarkan dimensi keimanan tersebut, maka
syu’abul iman dibagi menjadi tiga
bagian yang meliputi:
a. Niat,
akidah dan hati;
b. Lisan
/ ucapan;
c. eluruh
anggota badan;
Adapun pembagian 77 cabang keimanan
berdasarkan pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Cabang iman yang berkaitan dengan niat,
aqidah dan hati
Pembahasan tentang iman tentu tidak
bisa lepas dari pembahasan tentang keyakinan. Orientasi tentang pembahasan iman
ini dititikberatkan pada jiwa atau hati, karena pusat dari keyakinan seseorang
adalah hati. Orang yang beriman yaitu orang yang di dalam hatinya, di setiap
ucapannya dan pada segala tindakannya adalah sama, sehingga dapat diartikan
bahwa orang yang beriman adalah orang yang jujur, memiliki prinsip, pandangan
dan sikap hidup yang teguh.
Dengan
demikian, yang dimaksudkan dengan iman yang sejati adalah iman dengan keyakinan
penuh yang terpatri di dalam hati. Tidak ada perasaan ragu sedikit pun serta
akan selalu mempengaruhi orientasi dan arah kehidupan, sikap hidup dan
aktivitas dalam kehidupan.
Sebagaimana disebutkan dalam firman
Allah Swt. dalam QS. Ibrahim/14:
…………………………………….
Artinya : Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia
dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat
apa yang Dia kehendaki.
Berkaitan
dengan hal tersebut, maka pengelompokan cabang-cabang iman yang termasuk dalam
kelompok niat, aqidah dan hati terdiri dari tiga puluh hal, yaitu:
1. Iman
kepada Allah Swt.
2. Iman
kepada malaikat Allah Swt.
3. Iman
kepada kitab-kitab Allah Swt.
4. Iman
kepada rasul-rasul Allah Swt.
5. Iman
kepada takdir baik dan takdir buruk Allah Swt.
6. Iman
kepada hari akhir
7. Iman
kepada kebangkitan setelah kematian
8. Iman
bahwa manusia akan dikumpulkan di Yaumul Mahsyar setelah hari kebangkitan
9. Iman
bahwa orang mukmin akan tinggal di surga, dan orang kafir akan tinggal di
neraka
10. Mencintai
Allah Swt.
11. Mencintai
dan membenci karena Allah Swt.
12. Mencintai
Rasulullah Saw. dan yang memuliakannya
13. Ikhlas,
tidak riya dan menjauhi sifat munafiq
14. Bertaubat,
menyesal dan janji tidak akan mengulang suatu perbuatan dosa
15. Takut
kepada Allah Swt.
16. Selalu
mengharapkan rahmat Allah Swt.
17. Tidak
berputus asa dari rahmat Allah Swt.
18. Syukur
nikmat
19. Menunaikan
amanah
20. Sabar
21. Tawadlu
dan menghormati yang lebih tua
22. Kasih
sayang termasuk mencintai anak-anak kecil
23. Rida
dengan takdir Allah Swt.
24. Tawakkal
25. Meninggalkan
sifat takabur dan menyombongkan diri
26. Tidak
dengki dan iri hati
27. Rasa
Malu
28. Tidak
mudah marah
29. Tidak
menipu, tidak suudzan dan tidak merencanakan keburukan kepada siapapun
30. Menanggalkan
kecintaan kepada dunia, termasuk cinta harta dan jabatan
2. Cabang Iman yang Berkaitan dengan Lisan
Islam mengajarkan kepada setiap muslim
untuk menjaga lisan, agar lisan senantiasa dipergunakan untuk sesuatu yang baik
dan tidak bertentangan dengan kehendak Allah Swt.
Tentang
hal tersebut, Rasulullah Saw. bersabda:
“Lisan
orang yang berakal, muncul dari balik hati nuraninya, sehingga ketika ia hendak
berbicara, terlebih dahulu ia akan kembali ke hati nuraninya. Apabila
(pembicaraannya) bermanfaat baginya, maka ia berbicara, dan apabila dapat
berbahaya, maka ia menahan diri. Sementara hati orang bodoh terletak pada
mulutnya dan ia berbicara apa saja sesuai yang ia kehendaki” (HR.
Bukhari-Muslim).
Oleh
karena itulah, pada syu’abul iman, berdasarkan pengelompokan para ahli hadis
sebagaimana disebutkan sebelumnya, implementasi iman akan termanifestasikan
dalam hal-hal yang konkrit dari ranah iqrarun bil lisan yang terdiri dari tujuh
cabang keimanan sebagai berikut:
1. Membaca
kalimat thayyibah (kalimat-kalimat yang baik)
2. Membaca
kitab suci Al-Qur`an
3. Belajar
dan menuntut ilmu
4. Mengajarkan
ilmu kepada orang lain
5. Berdoa
6. Dzikir
kepada Allah Swt. termasuk istighfar
7. Menghindari
bacaan yang sia-sia
3. Cabang Iman yang Berhubungan dengan
Perbuatan dan Anggota Badan
Iman adalah sesuatu yang abstrak dan
sangat sulit untuk diukur. Iman bukan saja sekedar terucapnya pengakuan
seseorang melalui lisan yang mengatakan bahwa ia beriman, karena bisa saja
orang munafik memproklamirkan keimanannya,
namun hatinya mengingkari apa
yang ia katakan.
Iman juga bukan sebatas pengetahuan
tentang makna dan hakikat keimanan itu sendiri. Sebab tidak sedikit orang yang
mampu memahami hakikat iman, namun ia mengingkarinya.
Iman bukanlah sekedar amalan yang
secara lahiriah menunjukkan kesan dan penampilan seolah-olah seseorang begitu
beriman. Sebab orang-orang munafik pun tidak sedikit yang secara penampilan
lahiriyah mempertontonkan rajin beribadah dan berbuat baik, sedangkan terdapat
pertentangan dan kontradiksi dalam batin mereka, karena apa yang diperbuatnya
tidak didasari oleh ketulusan untuk menggapai rida Allah Swt. Lain di mulut
lain pula di hati.
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. an-Nisa'/4:
142 sebagai berikut:
……………………………………………
Artinya : Sesungguhnya orang munafik
itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka
berdiri untuk salat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (ingin
dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit
sekali.
Sebaliknya,
orang yang beriman akan selalu memandang bahwa ketetapan Allah Swt. adalah yang
utama. Jika dihadapkan pada persoalan-persoalan riil dalam kehidupan, tanpa
berat hati, berpura-pura dan pamrih untuk mendapatkan kesan baik di hadapan
manusia, maka ia akan menentukan pilihan yang mendahulukan ketauhidan di
dalamnya.
Oleh karena itulah, dalam syu’abul
iman, para ulama telah memilah sebanyak empat puluh cabang dari dimensi
perbuatan yang mencerminkan konkritnya keimanan seseorang. Semakin baik
kualitas iman seseorang, maka akan semakin baik pula perilaku dan perbuatan
mereka dalam kehidupan sehari-hari, begitu pun sebaliknya.
Dan ke empat puluh cabang iman dalam
dimensi perbuatan tersebut, antara lain adalah:
1. Bersuci
atau thaharah termasuk di dalamnya kesucian badan, pakaian dan tempat tinggal
2. Menegakkan
shalat baik salat fardu, salat sunah maupun mengqadla salat
3. Bersedekah
kepada fakir miskin dan anak yatim, membayar zakat fitrah dan zakat mal,
memuliakan tamu serta membebaskan budak.
4. Menjalankan
puasa wajib dan sunah
5. Melaksanakan
haji bagi yang mampu
6. Beri’tikaf
di dalam masjid, termasuk di antaranya adalah mencari lailatul qadar
7. Menjaga
agama dan bersedia meninggalkan rumah untuk berhijrah beberapa waktu tertentu
8. Menyempurnakan
dan menunaikan nazar
9. Menyempurnakan
dan menunaikan sumpah
10. Menyempurnakan
dan menunaikan kafarat
11. Menutup
aurat ketika sedang salat maupun ketika tidak salat
12. Melaksanakan
kurban
13. Mengurus
perawatan jenazah
14. Menunaikan
dan membayar hutang
15. Meluruskan
muamalah dan menghindari riba
16. Menjadi
saksi yang adil dan tidak menutupi kebenaran
17. Menikah
untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan haram
18. Menunaikan
hak keluarga, dan sanak kerabat, serta hak hamba sahaya
19. Berbakti
dan menunaikan hak orang tua
20. Mendidik
anak-anak dengan pola asuh dan pola didik yang baik
21. Menjalin
silaturahmi
22. Taat
dan patuh kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama
23. Menegakkan
pemerintahan yang adil
24. Mendukung
seseorang yang bergerak dalam kebenaran
25. Menaati
hakim (pemerintah) dengan catatan tidak melanggar syariat
26. Memperbaiki
hubungan muamalah dengan sesame
27. Menolong
orang lain dalam kebaikan
28. Amar
ma’ruf nahi munkar
29. Menegakkan
hukum Islam
30. Berjihad
mempertahankan wilayah perbatasan
31. Menunaikan
amanah termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang
32. Memberi
dan membayar hutang
33. Memberikan
hak-hak tetangga dan memuliakannya
34. Mencari
harta dengan cara yang halal
35. Menyedekahkan
harta, termasuk juga menghindari sifat boros dan kikir
36. Memberi
dan menjawab salam
37. Mendoakan
orang yang bersin
38. Menghindari
perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain
39. Menghindari
permainan dan senda gurau
40. Menyingkirkan
benda-benda yang mengganggu di jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar