MENGHINDARI HIDUP BERFOYA-FOYA

 MENGHINDARI HIDUP BERFOYA-FOYA


Kebanyakan manusia memiliki cenderungan terhadap uang dan harta  melimpah. Meskipun ada manusia yang tidak begitu tertarik dengan harta  duniawi, mereka berlaku zuhud dengan lebih mengutamakan kehidupan  akhirat. Jenis manusia seperti ini jumlahnya sangatlah kecil. Secara kodrat alamiah, manusia memang memiliki tabiat mencintai harta. Pada saat uang dan hartanya melimpah, perilakunya bisa berubah menjadi lebih konsumtif. Ia akan mudah membuat keputusan untuk membeli barang-barang mewah, meskipun barang tersebut kurang begitu penting bagi diri dan keluarganya.

Sesungguhnya gaya hidup seperti itu salah, karena termasuk kategori menghamburkan harta, pemborosan dan berfoya-foya. Berfoya-foya merupakan pola pikir, sikap dan tindakan yang tidak seimbang dalam memperlakukan harta.

Harta merupakan cobaan bagi pemiliknya, jika harta digunakan dengan  baik maka harta bisa bermanfaat baginya, sebaliknya kalau harta dikelola secara  salah maka akan mencelakakannya. Harta bisa menjadi tercela jika dijadikan  tujuan utama oleh pemiliknya, dan dalam proses mencarinya tidak diniatkan  untuk beribadah kepada Allah Swt. Islam melarang perilaku berlebih-lebihan  atau melampaui batas (israf) dan boros (tabzir) dalam membelanjakan harta, keduanya termasuk perbuatan setan. Sebaliknya, Islam menganjurkan umatnya untuk hidup bersahaja, seimbang dan proporsional. Perhatikan Q.S al-Isra’/17: 26-27 berikut ini!

………………………………………………..

Artinya: “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur- hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros  itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S  al-Isra’/17: 26-27)

Ayat di atas secara tegas mengatakan bahwa pemboros merupakan saudara setan. Berkaitan dengan sikap berlebih-lebihan atau melampaui batas (israf), Allah Swt. berfirman dalam Q.S al-Furqan/25: 67 berikut ini

………………….

Artinya: “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang- orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar”. (Q.S al-Furqan/25: 67)

Kata tabzir diulang sebanyak tiga kali dalam Al-Qur`an, sedangkan kata  israf diulang sebanyak dua puluh tiga kali dengan berbagai bentuknya. Ayat  di atas menyatakan secara tegas larangan tabzir dan israf. Sikap tabzir dan  israf memiliki kemiripan perngertian dan makna. Tabzir (boros) adalah  perilaku membelanjakan harta tidak pada jalannya. Dengan kata lain, yang  dimaksud pemborosan yaitu mengeluarkan harta tidak haq. Apabila seseorang mengeluarkan harta sangat banyak tetapi untuk hal-hal yang dibenarkan oleh Islam, maka bukan termasuk pemborosan. Sebaliknya, jika seseorang mengeluarkan harta meskipun sedikit, tetapi untuk hal-hal yang dilarang agama, maka ia termasuk pemboros.

Allah Swt. sangat tidak menyukai seseorang yang mempergunakan harta  secara berlebihan (israf) dan tanpa manfaat. Mereka menghamburkan harta sia-sia dan melupakan hak-hak orang lain atas hartanya. Seseorang disebut berperilaku israf apabila ia membelanjakan harta melewati batas kepatutan  menurut ajaran Islam, dan tidak ada nilai manfaatnya untuk kepentingan  dunia maupun akhirat. Sifat israf ini dipengaruhi oleh godaan uang dan harta  pada seseorang yang lemah imannya.

Berikut ini beberapa contoh perilaku tabzir dan israf daalam kehidupan sehari-hari:

Contoh tabzir dan israf dalam makan dan minum:

Seseorang mengambil banyak makanan dan minuman pada suatu  acara tasyakuran. Ia takut tidak mendapat bagian, tanpa sama sekali tidak mempertimbangkan daya tampung perut. Akhirnya ia tidak sanggup menghabiskan makanan dan minuman tersebur.

Contoh tabzir dan israf dalam berbicara:

Berkata-kata yang tidak penting dan tidak perlu, baik secara langsung bertemu dengan lawan bicara ataupun melalui media elektronik, termasuk media sosial. Contoh lain misalnya, menggunakan kuota internet untuk searching dan chatting hal-hal yang tidak perlu.

Contoh tabzir dan israf dalam penampilan:

Memakai perhiasan emas di kedua tangan, leher, jari jemari, dan kaki pada saat pertemuan warga. Berpakaian mahal, mewah lengkap dengan tas import dari luar negeri.

Selain di atas, masih banyak lagi contoh perilaku tabzir dan israf dalam kehidupan sehari-sehari.

Dampak negatif sifat hidup berfoya-foya

Banyak dampak negatif dari sikap hidup berfoya-foya, di antaranya:

1)     Terlalu sibuk mengurusi kebahagiaan duniawi, melalaikan akhirat

        Dunia dianggap sebagai tempat persinggahan terakhir, padahal akhiratlah  tujuan akhir kehidupan manusia. Mereka sibuk mencari kebahagiaan dunia  dengan menumpuk-numpuk harta hingga melupakan hidup di akhhirat

2)     Menimbulkan sifat iri, dengki, dan pamer

        Membelanjakan secara berlebihan dan boros serta memamerkannya  kepada orang lain akan memicu sifat iri, dengki dari orang lain. Sifat ini  akan memicu konflik di tengah masyarakat

3)     Dapat memicu frustasi apabila hartanya habis

        Pengeluaran harta yang tidak terkontrol karena memperturutkan gengsi dan hawa nafsu akan mengakibatkan frustasi. Mereka sangat khawatir apabila hartanya habis dan tidak bisa lagi membeli sesuatu untuk memuaskan keinginannya.

4)     Berpotensi menimbulkan sifat kikir

        Kekhawatiran berlebihan atas kekurangan harta membuat mereka bersifat kikir dan tidak mau berbagi dengan sesama. Karena takut jatuh miskin, akhirnya tidak ada kepedulian kepada fakir miskin yang benar-benar membutuhkan bantuan.

Cara menghindari sifat hidup berfoya-foya:

Agar terhindar dari sifat hidup berfoya-foya, lakukanlah hal-hal berikut ini

1)     Membelanjakan harta sesuai dengan skala priorias kebutuhan

        Antara kebutuhan primer, sekunder dan tersier harus dibuat prioritas mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu.

2)     Membiasakan bersedekah dan membantu orang lain

        Harta kita yang sebenarnya adalah harta yang disedekahkan kepada orang lain. Kebiasaan bersedekah akan membangkitkan rasa empati kepada orang lain. Lebih dari itu, akan mempererat hubungan antar sesama warga masyarakat

3)     Bergaya hidup sederhana

        Hidup apa adanya akan membuat hati dan pikiran tenteram. Ia akan merasa bahagia apabila melihat orang lain hidup berkecukupan. Dan akan tergerak untuk membantu orang lain yang membutuhkan.

4)     Selalu bersyukur

        Menerima dengan senang hati atas semua karunia dari-Nya akan  membuahkan ketenangan batin. Seseorang yang syukur bil qalb (syukur  dalam hati) akan menyadari sepenuhnya bahwa segala nikmat itu adalah  bentuk kasih sayang Allah Swt. Kemudian tumbuh keyakinan bahwa Allah  Swt. telah menjamin rejeki semua mahkluk ciptaan-Nya. Tidak mungkin  Allah Swt. akan membiarkan manusia hidup sengsara. Di samping syukur  bil qalb, bersyukur juga dapat diungkapkan bil lisan, yakni dengan  mengucapkan kalimat tahmid (alhamdulillah) dan berdoa kepada Allah  Swt. dan syukur bil arkan, yakni dengan menggunakan nikmat sesuai  peruntukkannya.

5)     Bertindak selektif dan terencana

        Merencanakan kehidupan di masa  datang akan membuat seseorang lebih  selektifdalammemutuskanpenggunaan  harta. Membiasakan diri menyisihkan  uang saku untuk ditabung merupakan  sikap bijak. Lebih dari itu, sikap hemat  dan bijak dalam menggunakan kuota internet juga harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.

6)     Bersikap rendah hati

        Harta merupakan titipan dari Allah Swt. agar dipergunakan di jalan-Nya.  Sesungguhnya kehidupan dunia merupakan ladang untuk beramal demi  kebahagiaan akhirat. Oleh karenanya, seseorang harus menjauhi perasaan  paling kaya dan paling hebat. Kekayaan seseorang di muka bumi ini tidak  ada artinya dibanding kebesaran dan kekuasaan Allah Swt. Sebagai pelajar  seharusnya kalian menghindari perasaan paling pintar, paling kuat dan  paling hebat di kelas atau sekolah.

Islam melarang umatnya bersifat berlebihan dan kikir. Antara sifat berlebihan dan kikir merupakan dua kutub yang berlawanan, namun keduanya merupakan sifat tercela yang harus dihindari. Orang kikir atau bakhil akan mementingkan diri sendiri, yang penting dirinya kecukupan, semua kebutuhan terpenuhi, dan ia tidak peduli atas derita yang dialami orang lain. Ia tidak akan mau mengorbankan hartanya, tenaganya, waktunya untuk kepentingan agama Islam. Kebakhilan akan merugikan diri sendiri, bahkan mendapat siksa di akhirat kelak. Perhatikan Q.S. Ali Imran/3: 180 berikut ini

 

 

Artinya: “Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Ali Imran/3: 180)

 

Rasululullah Saw. bersabda dalam sebuah hadis berikut ini

 

 

Artinya: “Dari Jabir bin Abdullah r.a., bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

 

“Jauhilah (takutlah) oleh kalian perbuatan zalim, karena kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan Jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka”. (H.R. Muslim)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar