REAKSI ABU BAKAR MENDENGAR ISRO' MI'ROJ

 REAKSI ABU BAKAR MENDENGAR ISRO' MI'ROJ




Meneladani Reaksi Abu Bakar Setelah Mendengar Kabar Isra Mi’raj

Kisah Isra Mi’raj merupakan salah satu kisah yang paling terkenal dalam sejarah Islam. Kisah ini menceritakan perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, kemudian dilanjutkan ke langit ketujuh untuk bertemu dengan Allah SWT. Di sana, Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat lima waktu sehari semalam.

Tidak hanya Nabi Muhammad SAW yang mendapat pengalaman ini, tetapi juga ditemani oleh Malaikat Jibril. Kisah Isra Mi’raj ini tentu saja sangat memukau dan mengejutkan bagi umat Muslim, termasuk Abu Bakar, sahabat dan khalifah pertama Nabi Muhammad SAW.

Ketika Abu Bakar mendengar kabar tentang perjalanan Isra Mi’raj, ia tidak ragu untuk mempercayainya. Abu Bakar yang sangat mencintai Nabi Muhammad SAW, tidak meragukan kisah ini. Sebaliknya, ia langsung membenarkan dan mempercayainya sepenuh hati.

Ketika beberapa sahabat lainnya meragukan kisah ini, Abu Bakar dengan tegas membela dan meyakinkan mereka bahwa kisah Isra Mi’raj memang benar adanya. Ia berkata, “Jika Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Allah SWT, maka aku percaya padanya. Aku yakin bahwa Allah SWT mampu melakukan apa saja.”

Sikap Abu Bakar yang tegas dan percaya sepenuh hati pada Nabi Muhammad SAW menjadi teladan bagi umat Muslim. Ia menunjukkan bahwa keyakinan dan kepercayaan kepada Nabi Muhammad SAW adalah hal yang sangat penting dan harus dijaga dengan baik.

Kisah Isra Mi’raj sendiri memiliki banyak makna dan pelajaran yang bisa diambil oleh umat Muslim. Salah satunya adalah pentingnya memiliki keyakinan yang kuat pada ajaran Islam. Ketika kita memiliki keyakinan yang kuat, maka kita tidak akan ragu untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam.

Selain itu, kisah Isra Mi’raj juga mengajarkan tentang pentingnya menaati perintah Allah SWT. Ketika Nabi Muhammad SAW mendapat perintah shalat lima waktu, ia dengan tegas menerapkannya dan mengajarkan kepada umat Muslim untuk melakukannya. Sebagai umat Muslim, kita juga harus senantiasa taat pada perintah Allah SWT.

Kisah Isra Mi’raj juga mengajarkan tentang pentingnya bersyukur atas nikmat yang Allah SWT berikan. Nabi Muhammad SAW diberi kesempatan untuk bertemu dengan Allah SWT dan menerima perintah shalat lima waktu. Ini merupakan nikmat yang sangat besar yang harus kita syukuri sebagai umat Muslim.

Kisah Isra Mi’raj juga mengajarkan tentang pentingnya memiliki hubungan yang baik dengan Allah SWT. Nabi Muhammad SAW merupakan teladan bagi umat Muslim dalam menjalin hubungan dengan Allah SWT. Ia selalu memperbanyak ibadah dan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Nama   :  Nama beliau -menurut pendapat yang shahih- adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi At Taimi.

Kun-yah  :  Beliau memiliki kun-yah: Abu Bakar

Laqb (Julukan)  :  Beliau dijuluki dengan ‘Atiq (عتيق) dan Ash Shiddiq (الصدِّيق).

Sebagian ulama berpendapat bahwa alasan beliau dijuluki ‘Atiq karena beliau tampan. Sebagian mengatakan karena beliau berwajah cerah. Pendapat lain mengatakan karena beliau selalu terdepan dalam kebaikan. Sebagian juga mengatakan bahwa ibu beliau awalnya tidak kunjung hamil, ketika ia hamil maka ibunya berdoa,

اللهم إن هذا عتيقك من الموت ، فهبه لي

“Ya Allah, jika anak ini engkau bebaskan dari maut, maka hadiahkanlah kepadaku”

Dan ada beberapa pendapat lain. Sedangkan julukan Ash Shiddiq didapatkan karena beliau membenarkan kabar dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dengan kepercayaan yang sangat tinggi. Sebagaimana ketika pagi hari setelah malam Isra Mi’raj, orang-orang kafir berkata kepadanya: ‘Teman kamu itu (Muhammad) mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul Maqdis dalam semalam’. Beliau menjawab:

 إن كان قال فقد صدق

 

“Jika ia berkata demikian, maka itu benar”

Allah Ta’ala pun menyebut beliau sebagai Ash Shiddiq:

 

وَالَّذِي جَاء بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Az Zumar: 33)

Tafsiran para ulama tentang ayat ini, yang dimaksud ‘orang yang datang membawa kebenaran’ (جَاء بِالصِّدْقِ) adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan yang dimaksud ‘orang yang membenarkannya’ (صَدَّقَ بِهِ) adalah Abu Bakar Radhiallahu’anhu.

Beliau juga dijuluki Ash Shiddiq karena beliau adalah lelaki pertama yang membenarkan dan beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam telah menamai beliau dengan Ash Shiddiq sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari:

عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم صعد أُحداً وأبو بكر وعمر وعثمان ، فرجف بهم فقال : اثبت أُحد ، فإنما عليك نبي وصديق وشهيدان

“Dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan ‘Utsman. Gunung Uhud pun berguncang. Nabi lalu bersabda: ‘Diamlah Uhud, di atasmu ada Nabi, Ash Shiddiq (yaitu Abu Bakr) dan dua orang Syuhada’ (‘Umar dan ‘Utsman)”

Kelahiran    :  Beliau dilahirkan 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah.

Jasa-jasa

1.     Jasanya yang paling besar adalah masuknya ia ke dalam Islam paling pertama.

2.     Hijrahnya beliau bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam

3.     Ketegaran beliau ketika hari wafatnya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam

4.     Sebelum terjadi hijrah, beliau telah membebaskan 70 orang yang disiksa orang kafir karena alasan bertauhid kepada Allah. Di antara mereka adalah Bilal bin Rabbaah, ‘Amir bin Fahirah, Zunairah, Al Hindiyyah dan anaknya, budaknya Bani Mu’ammal, Ummu ‘Ubais

5.     Salah satu jasanya yang terbesar ialah ketika menjadi khalifah beliau memerangi orang-orang murtad

6.     Abu Bakar adalah lelaki yang lemah lembut, namun dalam hal memerangi orang yang murtad, beliau memiliki pendirian yang kokoh. Bahkan lebih tegas dan keras daripada Umar bin Khattab yang terkenal akan keras dan tegasnya beliau dalam pembelaan terhadap Allah. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadits Abu Hurairah Radhiallahu’anhu:

لما توفى النبي صلى الله عليه وسلم واستُخلف أبو بكر وكفر من كفر من العرب قال عمر : يا أبا بكر كيف تقاتل الناس وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أمِرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلا الله ، فمن قال لا إله إلا الله عصم مني ماله ونفسه إلا بحقه وحسابه على الله ؟ قال أبو بكر : والله لأقاتلن من فرق بين الصلاة والزكاة ، فإن الزكاة حق المال ، والله لو منعوني عناقا كانوا يؤدونها إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم لقاتلتهم على منعها . قال عمر : فو الله ما هو إلا أن رأيت أن قد شرح الله صدر أبي بكر للقتال فعرفت أنه الحق

“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam wafat, dan Abu Bakar menggantikannya, banyak orang yang kafir dari bangsa Arab. Umar berkata: ‘Wahai Abu Bakar, bisa-bisanya engkau memerangi manusia padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah, barangsiapa yang mengucapkannya telah haram darah dan jiwanya, kecuali dengan hak (jalan yang benar). Adapun hisabnya diserahkan kepada Allah?’ Abu Bakar berkata: ‘Demi Allah akan kuperangi orang yang membedakan antara shalat dengan zakat. Karena zakat adalah hak Allah atas harta. Demi Allah jika ada orang yang enggan membayar zakat di masaku, padahal mereka menunaikannya di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, akan ku perangi dia’. Umar berkata: ‘Demi Allah, setelah itu tidaklah aku melihat kecuali Allah telah melapangkan dadanya untuk memerangi orang-orang tersebut, dan aku yakin ia di atas kebenaran‘”

7.     Begitu tegas dan kerasnya sikap beliau sampai-sampai para ulama berkata:

نصر الله الإسلام بأبي بكر يوم الردّة ، وبأحمد يوم الفتنة

“Allah menolong Islam melalui Abu Bakar di hari ketika banyak orang murtad, dan melalui Ahmad (bin Hambal) di hari ketika terjadi fitnah (khalqul Qur’an)”

8.     Abu Bakar pun memerangi orang-orang yang murtad dan orang-orang yang enggan membayar zakat ketika itu

9.     Musailamah Al Kadzab dibunuh di masa pemerintahan beliau

10.   Beliau mengerahkan pasukan untuk menaklukan Syam, sebagaimana keinginan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan akhirnya Syam pun di taklukan, demikian juga Iraq.

11.   Di masa pemerintahan beliau, Al Qur’an dikumpulkan. Beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkannya.

12.   Abu Bakar adalah orang yang bijaksana. Ketika ia tidak ridha dengan dilepaskannya Khalid bin Walid, ia berkata:

والله لا أشيم سيفا سله الله على عدوه حتى يكون الله هو يشيمه

“Demi Allah, aku tidak akan menghunus pedang yang Allah tujukan kepada musuhnya sampai Allah yang menghunusnya” (HR. Ahmad dan lainnya)

13.   Ketika masa pemerintahan beliau, terjadi peperangan. Beliau pun bertekad untuk pergi sendiri memimpin perang, namun Ali bin Abi Thalib memegang tali kekangnya dan berkata: ‘Mau kemana engkau wahai khalifah? Akan kukatakan kepadamu perkataan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika perang Uhud:

شِـمْ سيفك ولا تفجعنا بنفسك . وارجع إلى المدينة ، فو الله لئن فُجعنا بك لا يكون للإسلام نظام أبدا

 

‘Simpanlah pedangmu dan janganlah bersedih atas keadaan kami. Kembalilah ke Madinah. Demi Allah, jika keadaan kami membuatmu sedih Islam tidak akan tegak selamanya‘. Lalu Abu Bakar Radhiallahu’anhu pun kembali dan mengutus pasukan.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar