HAKIKAT NAFSU
Kerap kali kita menyadari bahwa waktu kita ternyata habis hanya untuk melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat dan cenderung tidak produktif seperti rebahan sambil scroll TikTok, Instagram maupun youtube hanya sekedar untuk update berita artis atau bahkan kita gemar sekali membicarakan orang lain (ghibah) di tongkrongan. Namun meskipun kita sudah menyadari hal itu, rasanya sulit sekali untuk meninggalkannya.
Pada akhirnya kita hanya bisa menyesali
waktu kita yang terlewat dengan maksiat dan tanpa melakukan hal-hal bermanfaat.
Mengapa rasanya sulit sekali menjauhi hal-hal itu? Karena pada hakikatnya itu
adalah nafsu.
Imam Al-Bushiri dalam qasidahnya yang
sangat terkenal yaitu "Burdah" secara khusus menarik kita untuk
merenungi betapa luar biasanya hawa nafsu mampu mengobrak-abrik dan
menghancurkan kehidupan kita jika kita tidak mampu mengendalikannya.
Dalam bait ke-19 beliau menyebutkan:
وَالنّفْسُ كَالطّفِلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى
۞ حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ
Artinya: Nafsu bagaikan bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu.
Namun bila kau sapih, maka bayi akan
berhenti sendiri
Syaikh Ibrahim Al-Bajuri dalam kitabnya
Syarahu Burdatil Bushiri menjelaskan lebih gamblang lagi mengapa Imam
Al-Bushiri mengibaratkan nafsu seperti anak kecil:
Imam bushiri menggambarkan bahwa nafsu
seperti anak kecil. Keduanya memiliki karakter yang sama yaitu tidak pernah
bosan dan selalu ingin melakukan hal-hal yang menyenangkan. Anak kecil, jika
engkau membiarkan ia untuk terbiasa menyusu, maka ia akan selalu ingin menyusu
sampai ia dewasa. Tapi jika engkau melarangnya (Jawa: disapih) maka ia tidak
akan memiliki keinginan untuk menyusu lagi. Seperti halnya nafsu. Jika engkau
membiarkan dia melakukan hal-hal yang dia senangi yaitu maksiat, maka dia akan
terus menerus bermaksiat, namun jika engkau melarangnya (menghentikannya) maka
dia akan berhenti melakukan kemaksiatan.
Bayangkan saja apa yang terjadi jika
seorang anak tidak pernah disapih oleh orangtuanya, maka sampai umur berapapun
dia akan tetap ingin menyusu ibunya. Bukankah itu hal yang tidak wajar
sekaligus memalukan?
Sama halnya dengan kita yang tidak bisa
menghentikan hawa nafsu untuk bermaksiat atau melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Bisa jadi sampai tua pun kita masih gemar bermaksiat. Bukankah itu hal yang
memalukan? Na’udzu Billahi Min Dzaalik.
Maka ketika nafsu kita mulai ingin
melakukan maksiat atau bermalas-malasan dengan scroll sosial media, Instagram,
TikTok maupun shopee, maka hendaknya kita mengingat pesan Imam Bushiri untuk
segera menghentikannya. Seperti halnya anak kecil yang baru disapih, awalnya
memang berat, tapi itulah satu-satunya cara agar kita tidak terus menerus
terlena dan tertipu dengan nikmat dunia.
Semoga Allah memberikan kekuatan pada
kita semua untuk dapat mengendalikan hawa nafsu dan memberikan rahmat-Nya agar
kita senantiasa dekat dengan-Nya. Wallahu a'lam bis showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar