Lima Cara Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Setiap manusia lahir dari rahim
seorang ibu dan dibesarkan dalam pelukan kasih sayang orang tua. Proses
kelahiran dan pengasuhan bukanlah perkara ringan; di dalamnya terukir
perjuangan, pengorbanan, dan cinta yang tak ternilai. Tak mengherankan,
Rasulullah SAW menegaskan bahwa durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar
yang mengguncang hati nurani. Untuk itu, Allah SWT memerintahkan kita untuk
berbuat baik kepada kedua orang tua, sebagaimana termaktub dalam Surah Al-Isra
ayat 23:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا
تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. …”
Menurut Ibnul 'Arabi, kata qadha dapat berarti dua makna,
yaitu: menetapkan dan memerintah. Dalam ayat ini, ia mengartikannya sebagai
perintah. Menurutnya, perintah dapat dilanggar, sedang ketetapan tidak (Ibnul
‘Arabi, Ahkamul Qur’an, [Darrul Kitabil ‘Ilmiyyah, t.t], Jilid III, Hal. 184).
Terdapat perbedaan qira'ah pada awal ayat tersebut. Dalam
qira'ah Ibnu Mas'ud, kata pertama bukanlah "qadha" melainkan
"washsha" (yang berarti "mewasiatkan"). Hal ini juga
terdapat dalam riwayat Mujahid dan Adh-Dhahhak. Perbedaan qira'ah ini justru
menguatkan maksud dari ayat tersebut, yakni perintah Allah agar kita berakhlak
baik kepada kedua orang tua. (Ath-Thabari, Tafsir Thabari [Darul
Ma’arif, t.t] Jilid XVII, hlm,. 413).
Pada awal ayat tersebut terdapat dua perintah. Pertama,
larangan menyekutukan Allah. Kedua, perintah berbuat baik kepada kedua orang
tua. Dalam beberapa konteks, perintah atau larangan yang berkaitan dengan
ketaatan kepada Allah sering kali disandingkan dengan kewajiban berbuat baik
kepada orang tua. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan
oleh Umar bin Khattab RA:
رضا الرب في رضا
الوالدين ، وسخط الرب في سخط الوالدين
Artinya: “Keridhaan Allah ada pada
keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan orang tua."
(HR. Tirmidzi)
Baik ayat 23 surat al-Isra’ dan hadits di atas, keduanya
menandakan satu hal, orang tua mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di
hadapan Allah SWT. Salah satu alasan mengapa kita harus berbakti kepada orang
tua, tercantum dalam surat Luqman ayat 14:
وَوَصَّيْنَا
الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ
وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ
الْمَصِيْرُ ١٤
Artinya: “Kami mewasiatkan kepada
manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam
dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya
kepada-Ku (kamu) kembali.”
Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan kondisi seorang ibu pada
dua hal. Kondisi pertama yaitu mengandung dalam keadaan lemah. Kata Imam
al-Qurthuby, wahn dalam ayat tersebut berarti lemah dalam kondisi hamil, atau
lemah menjadi fitrah seorang wanita. Namun dalam kondisi tersebut, seorang
wanita yang mengandung pasti dalam keadaan lemah (Al-Qurthuby, Al-Jami’
liahkamil Qur’an [Beirut, Darrul Fikr, t.t], Jilid XIV, hlm. 60).
Dua kondisi yang sangat istimewa dalam kehidupan seorang ibu
adalah mengandung dan menyusui anak. Kedua kondisi ini begitu istimewa sehingga
Allah menyebutkannya dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, tidak mengherankan
ketika seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, “Man ahaqqun-nās
bihusni shuhbati? (Siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik
dariku?)”, Rasulullah menjawab, “Ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu.”
Lalu, bagaimana cara kita berbakti kepada orang tua? Al-Qur’an
menyebutkan beberapa cara untuk berbakti kepada kedua orang tua, di antaranya
sebagai berikut:
1. Berbicara yang baik
إِمَّا يَبْلُغَنَّ
عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
Artinya: "Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia."
Berbicara dengan baik kepada kedua orang tua merupakan wujud
bakti yang paling mendasar. Dalam ayat tersebut, Allah melarang kita
mengucapkan kata “uf” di hadapan kedua orang tua. Menurut Ibnu ‘Arabi, kata
“uf” adalah ungkapan paling ringan yang menunjukkan ketidaksukaan. Dalam bahasa
Indonesia, kata ini sering disamakan dengan “ah” atau ungkapan serupa.
Ayat tersebut secara khusus menyebutkan orang tua yang telah
lanjut usia. Lanjut usia sering kali dikaitkan dengan sifat mudah lelah, kurang
bersemangat, atau bahkan bersikap kekanak-kanakan. Kondisi ini dapat membuat
anak merasa tidak sabar dan cenderung meninggikan suara. Inilah yang dilarang
oleh Allah SWT dalam ayat tersebut, yaitu mengeluh atau membentak orang tua.
2. Rendah hati
Berbakti selanjutnya dapat kita
lakukan dengan cara rendah hati di hadapan orang tua. Allah berfirman dalam Q.S
Al-Isra’ ayat 24:
وَاخْفِضْ لَهُمَا
جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
Artinya: “Rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.”
Menurut Ibnu ‘Arabi, kata
“merendahkan” dalam Al-Qur’an merupakan kiasan untuk “kelembutan”. Perintah ini
mewajibkan kita untuk bersikap lembut di hadapan kedua orang tua. Namun,
terdapat batasan mengenai ketaatan kepada orang tua, sebagaimana dijelaskan
dalam Surah Luqman ayat 15:
وَاِنْ جَاهَدٰكَ
عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًاۖ
Artinya: “Jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang
itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik…”
Dalam Surah Luqman ayat 15, dijelaskan bahwa jika kedua orang
tua memerintahkan atau memaksa anak untuk melakukan kemaksiatan, maka anak
tidak wajib mematuhi mereka. Ayat ini, bersama dengan ayat sebelumnya,
berkaitan dengan kisah Sa’d bin Abi Waqqas. Ibunya, Hamnah binti Abi Sufyan,
bersumpah tidak akan makan dan minum demi memaksa Sa’d meninggalkan Islam.
Meskipun kita tidak diwajibkan untuk taat dalam hal kemaksiatan, kita tetap
diperintahkan untuk mempergauli kedua orang tua dengan baik. Dengan kata lain,
kita harus tetap bersikap lembut dan menghormati mereka.
3. Senantiasa mendoakan kedua orang tua
Cara berbakti selanjutnya adalah mendoakan orang tua. Hal
ini terdapat dalam lanjutan surat al-Isra’ ayat 24, Allah berfirman:
وَقُلْ رَبِّ
ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Artinya: "dan ucapkanlah,
'Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil'."
Sudah sepatutnya kita senantiasa
mendoakan kedua orang tua. Dalam Surah Al-Isra ayat 24, Allah memerintahkan
kita untuk berdoa agar kedua orang tua diberi limpahan kasih sayang dari-Nya,
sebagaimana mereka telah mendidik dan mengasihi kita dengan penuh kasih sayang
saat kita masih kecil.
Tidak ada batasan waktu dalam mendoakan orang tua. Bahkan
setelah mereka wafat, kita tetap dianjurkan untuk terus mendoakan mereka.
Sebab, doa anak yang saleh untuk kedua orang tuanya termasuk amalan yang
pahalanya tidak terputus. Salah satu doa yang dapat dibaca untuk kedua orang
tua adalah sebagai berikut:
اغْفِرْلِي
وَلِوَالِدَيَّ وارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًارَبِّ
Artinya: “Ya Allah ya Tuhanku
ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan kasihanilah keduanya sebagaimana mereka
mengasuh kami di waktu kecil.”
4. Merawat Orang Tua
Selain dalam Al-Qur’an, ada beberapa cara berbakti lainnya
yang terdapat dalam hadits Nabi SAW. Di antara cara berbakti dalam hadits,
disebutkan bahwa merawat orang tua adalah salah satu bentuk jihad.
وعن عبد الله بن عمرو
قال : جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فاستأذنه في الجهاد ، فقال : أحي
والداك ؟ قال : نعم ، قال : ففيهما فجاهد . رواه البخاري والنسائي وأبو داود
والترمذي وصححه
Artinya: “Dari sahabat Abdullah
bin Amr bin Ash ra, seorang sahabat mendatangi Rasulullah saw lalu meminta izin
untuk berjihad. Rasulullah saw bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih
hidup?’ ‘Masih,’ jawabnya. Rasulullah saw mengatakan, ‘Pada (perawatan)
keduanya, berjihadlah,’” (HR. Bukhari, An-Nasai, Abu Dawud, Tirmidzi)
5. Senantiasa membahagiakan orang tua
Orang tua telah membesarkan anaknya, dari bayi hingga ia
dewasa. Tak ternilai kasih sayang dan pengorbanan mereka bagi anak-anaknya.
Sudah seharusnya, sebagai anak, kita membahagiakan orang tua kita. Dalam hadits
disebutkan:
عن عبد الله بن عمرو
قال جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال جئت أبايعك على الهجرة وتركت
أبوي يبكيان فقال ارجع عليهما فأضحكهما كما أبكيتهما
Artinya: “Dari sahabat Abdullah
bin Amr ra, ia bercerita, seorang sahabat mendatangi Rasulullah SAW dan
mengatakan, ‘Aku datang kepadamu untuk berbaiat hijrah dan kutinggalkan kedua
orangtuaku dalam keadaan menangis. Rasul menjawab, ‘Pulanglah, buatlah keduanya
tertawa sebagaimana kau membuat mereka menangis,’’” (HR Abu Dawud).
Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW memerintahkan kepada
seseorang yang datang kepadanya untuk membahagiakan orang tua. Tentu ada banyak
cara dalam membahagiakan mereka. Mulai dari hal kecil, hingga hal besar, mari
kita membahagiakan orang tua kita.
Kelima
cara berbakti tersebut merupakan sedikit dari banyaknya cara berbakti kepada
orang tua. Yang terpenting, kita harus senantiasa berbuat baik dan mendoakan
kepada mereka. Semoga kita diberikan kemudahan untuk senantiasa melakukan hal
tersebut. Aamiin. Wallahu a’lam bish-shawab. Ganjar Mutaqin, Penghulu yang
aktif dalam literasi keislaman.
Sumber: https://islam.nu.or.id/hikmah/inilah-5-cara-berbakti-kepada-kedua-orang-tua-AmKi6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar