Kemampuan Awal Peserta Didik
Menciptakan pembelajaran yang efektif, inovatif, serta kooperatif perlu beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh pendidik. Diantaranya yaitu memahami karakteristik peserta didik, menganalisa kemampuan awal, gaya belajar, dan kesulitan belajar.
Guru
dan peserta didik sudah seharusnya menjadikan karakteristik peserta didik yang
terkait dengan kemampuan awal sebagai pijakan dalam mendesain, mengembangkan
dan melaksanakan program- program pembelajaran. Kemampuan awal adalah
pemahaman, pengalaman, pengetahuan prasyarat, dan segala sesuatu yang dimiliki oleh
peserta didik sebagai pegetahuan awal (prior knowledge) dan disusun secara
hirarkis sebagai basis data pengalaman (experiential data base) di dalam diri
peserta didik. Dalam hal ini, jika guru mengajarkan materi yang tingkat
kesulitannya di atas kemampuan peserta didik, maka akan berimplikasi pada
ketidak-efektifan proses dan hasil pembelajaran.
Peserta
didik akan mengalami kesulitan memahami materi tersebut disebabkan oleh adanya
materi prasyarat (pre-requisite), pengetahuan atau kemampuan awal lainnya yang
seharusnya menjadi pijakan bagi perolehan pengetahuan baru belum dikuasai oleh
peserta didik. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan dari Ausubel dalam
Driscoll (1994) yang menegaskan bahwa mengaktifkan kemampuan awal (prior
knowledge) yang relevan sangat penting untuk menghasilkan pembelajaran yang
bermakna. Pengertian kemampuan awal menurut para ahli:
1) Rebber (1988) dalam Muhibbin Syah (2006: 121), kemampuan awal peserta didik merupakan prasyarat awal yang dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya perubahan. Selanjutnya Gerlach & Ely (1971) mengungkapkan bahwa kemampuan awal peserta didik pada dasarnya ditentukan dengan cara memberikan entry test atau tes masuk.
Kemampuan awal ini juga sangat penting bagi pendidik untuk mendesain pembelajaran dengan memberikan dosis muatan pelajaran atau materi yang tepat dan memadai, termasuk juga untuk menentukan tingkat kesukaran dan kemudahan materi. Selain itu juga kemampuan awal sangat berguna bagi pendidik untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan di dalam proses belajar mengajar.2) Gagne
(1979) menyatakan bahwa kemampuan awal mempunyai kedudukan yang lebih rendah
dibandingkan dengan kemampuan atau pengetahuan baru di dalam pembelajaran
dimana kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki peserta didik
sebelum memasuki pembelajaran menuju materi berikutnya yang lebih tinggi. Dengan
demikian, seorang peserta didik yang sudah memiliki kemampuan awal yang baik
akan lebih cepat memahami materi pelajaran dibandingkan dengan dengan peserta
didik yang tidak memiliki kemampuan awal dalam proses pembelajaran.
3) Atwi
Suparman (2001) juga menjelaskan bahwa kemampuan awal adalah pengetahuan dan
keterampilan yang telah dimiliki oleh peserta didik sehingga mereka dapat
mengikuti pelajaran dengan baik.
4) Senada
dengan itu, Dick & Carey (2005) menambahkan bahwa kemampuan awal merupakan
suatu keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik yang harus dapat
mereka tunjukkan sebelum mengikuti suatu kegiatan pembelajaran tertentu.
Berdasarkan
beberapa definisi kemampuan awal yang telah disampaikan oleh para ahli tersebut
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal merupakan seperangkat
pengetahuan dan keterampilan yang relevan yang dimiliki oleh peserta didik pada
saat sekarang (sebelum mengikuti pembelajaran) dan berfungsi sebagai referensi
atau input utama bagi guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran, terutama
untuk menetapkan tujuan pembelajaran serta desain pembelajaran yang bermakna
bagi peserta didik. Selain itu, kemampuan awal ini juga sangat penting
diketahui oleh guru terutama untuk mengidentifikasi dua hal berikut:
1) Apakah
peserta didik telah mempunyai pengetahuan atau kemampuan yang merupakan
prasyarat (prerequisite) untuk mengikuti pembelajaran; dan
2) Sejauhmana
peserta didik telah mengetahui atau menguasai materi yang akan disajikan oleh
guru.
Dengan
demikian, diagnosis kemampuan awal (recognition of prior learning) merupakan
salah satu variabel penting dalam penentuan desain dan proses pembelajaran.
Upaya pembelajaran apapun yang dipilih dan dilakukan oleh guru jika tidak
bertumpu pada kemampuan awal peserta didik selaku subyek belajar yang aktif,
maka pembelajaran tidak akan bermakna. Karakteristik peserta didik yang terkait
dengan pengetahuan awal dapat diidentifikasi sebagai faktor yang sangat
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Oleh karena kedudukannya yang
sangat signifiknan tersebut, maka dibutuhkan kemampuan seorang guru untuk
menganalisis karakteristik kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik
sebagai landasan dalam memilih metode dan strategi pembelajaran yang sesuai. Kemampuan
awal sangat berpengaruh pula terhadap proses-proses internal yang berlangsung
di dalam diri peserta didik ketika belajar dan juga secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap pelaksanaan dan hasil belajar peserta didik secara
komprehensif. Hal ini disebabkan karena kemampuan awal menggambarkan kesiapan
(readiness) peserta didik dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
Identifikasi
Kemampuan Awal Peserta Didik pada hakekatnya harus memenuhi dua kriteria
pemahaman, yaitu “keterhubungan" dan "kegunaan dalam konteks sosial”.
"Connectedness", atau yang disebut juga keterhubungan tersebut
dimulai ketika sebuah ide dipahami oleh sejauh mana peserta didik dapat dengan
tepat menggambarkannya dan menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya dalam
konteks sosial, hal ini disebut juga dengan struktur pengetahuan seseorang.
Sedangkan "Kegunaan", menggambarkan
"fungsi dari pengetahuan seseorang", yakni ketika
sebuah ide dipahami oleh sejauh mana yang peserta didik dapat menggunakan ide
itu dan berhasil melakukan tugas yang signifikan sesuai dengan konteks sosial.
Lalu, apakah Bapak dan Ibu memahami bagaimanakah cara seorang pendidik dapat
dengan tepat memfasilitasi peserta didik dalam pembelajarannya?
Kegunaan
Identifikasi kemampuan awal peserta didik:
1) Pendidik
harus memahami bagaimana struktur dan fungsi pengetahuan atau kemampuan awal
peserta didik terhubung selama proses pembelajaran. Dunkin dan Biddle (1974)
menggambarkan sebuah model (Gambar 1) untuk membantu memahami interaksi antara
proses dan faktor yang mengintervensi dalam situasi belajar mengajar. Memahami
interaksi ini akan sangat membantu peserta didik untuk belajar lebih bermakna.
Keberhasilan maupun kegagalan 5 dalam proses pembelajaran sebagian besar
tergantung pada faktor- faktor yang mengintervensi dalam pembelajaran itu
sendiri, terutama terkait dengan kemampuan awal peserta didik.
2) Dalam
hal pentingnya mendiagnosis kemampuan awal ini, Harris (2000: 1) juga
mengemukakan bahwa diagnosis kemampuan awal (recognition of prior learning)
merupakan salah satu variabel penting dalam penentuan proses pembelajaran.
Lebih lanjut dikatakan bahwa “the recognition of prior learning (RPL) refers to
practice developed within education and training to identify and recognise
adults pevious learning. The broad principle is that previous learning –
acquired informally, non-formally, experientally or formally- can and should be
recognised and given currency within formal education and training framework”.
Dalam hal ini, diagnosis kemampuan awal perlu dilakukan untuk mengetahui
pengetahuan atau pembelajaran yang telah diperoleh oleh peserta didik baik
secara formal maupun tidak formal. Pengetahuan akan 6 kemampuan awal tersebut
perlu diidentifikasi agar proses pembelajaran dapat selaras antara guru dengan
peserta didik.
3) Kemampuan
awal juga digunakan tidak hanya untuk kepentingan keselarasan dalam proses
pembelajaran, melainkan juga untuk meningkatkan kebermaknaan pengajaran.
Kemampuan awal peserta didik juga berdampak pada kemudahan dalam mengikuti
proses pembelajaran dan juga memudahkan pengintegrasian proses-proses internal
yang berlangsung dalam diri peserta didik ketika belajar (Hamzah Uno, 2011).
Martinis Yamin (2007:32) mengungkapkan salah satu manfaat dan kegunaan yang
diperoleh ketika mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik adalah guru
dapat memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang kompetensi/
kemampuan awal para
peserta didik yang
berfungsi sebagai prerequisite
bagi bahan materi baru yang akan disampaikan. Kegunaan yang lain, guru dapat
dengan lebih mudah dan tepat dalam mengembangkan strategi, media, dan evaluasi
pembelajarannya. Implikasi yang lebih luas yaitu, kebutuhan peserta didik dapat
diakomodasikan sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat memberikan hasil yang
memuaskan. Berdasarkan penjelasan tersebut terlihat bahwa kemampuan awal
memiliki peranan penting dalam pembelajaran.
4) Kemampuan
awal ini menjadi mata rantai penguasaan materi dan menjadi penghambat dalam
proses belajar. Dalam hal ini, guru dapat mengidentifikasi kemampuan awal
peserta didik dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan informal seperti
menanyakan tentang topik-topik tertentu pada saat pembelajaran di kelas. Selain
itu, guru dapat pula memberikan tes formal berupa tes-tes standar yang
dikembangkan sebelumnya.
5) Peserta
didik menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan apa yang sudah mereka
ketahui, menafsirkan informasi yang masuk, dan bahkan mempersepsikannya melalui
indra, melalui lensa pengetahuan, keyakinan, dan asumsi mereka yang mereka
ketahui (Vygotsky, 1978; National Research Council, 2000). Bahkan, ada
kesepakatan luas di kalangan peneliti bahwa sangat penting bagi peserta didik
untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya untuk
kepentingan pembelajaran. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa mengajukan
pertanyaan kepada peserta didik yang dirancang secara khusus untuk memicu
retensi atau pengungkapan kembali informasi atau pengetahuan yang lama dapat
membantu mereka menggunakan pengetahuan sebelumnya tersebut untuk melakukan
integrasi dan retensi terhadap informasi baru.
Menurut
Suprayekti dan Agustyarini (2015: 50), identifikasi pengetahuan tentang
kemampuan awal peserta didik sangat penting karena memiliki kegunaan sebagai
berikut:
a). Memberikan dosis pelajaran yang
tepat. Artinya, materi yang diberikan dapat diorganisasikan dengan lebih baik,
tidak terlalu mudah bagi peserta didik karena materi yang akan diajarkan
ternyata sudah dikuasai oleh peserta didik; ataupun tidak terlalu sulit karena
bisa saja terjadi kesenjangan yang cukup jauh antara kemampuan awal awal
peserta didik dengan pengetahuan baru yang harus dikuasai.
b). Mengambil
langkah-langkah yang diperlukan, seperti misalnya apakah peserta didik
memerlukan remedial sebelum mereka siap menerima materi baru. Melalui
identifikasi kemampuan awal peserta didik maka guru dapat merancang kegiatan
pembelajaran yang tepat termasuk pemilihan strategi, media, dan penilaian
pembelajaran dengan lebih baik.
c). Mengukur
apakah peserta didik memiliki prasyarat yang dibutuhkan.
Prasyarat
disini adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik sebelum
mengikuti pelajaran tertentu. Analisis kemampuan peserta didik berfungsi juga
untuk menggambarkan statistik kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dalam hal
ini, jika kemampuan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran telah dimiliki
peserta didik, maka pembelajaran dapat dilanjutkan ke topik/materi berikutnya.
Sebaliknya, jika tidak maka guru dapat meminta peserta didik mengambil tambahan
pelajaran khusus/tertentu atau bahkan melakukan review/kajian terhadap materi
terkait sebelum masuk pada materi pembelajaran yang sebenarnya. d). Memilih
pola-pola pembelajaran yang lebih baik. Dengan mengidentifikasi kemampuan awal
peserta didik, maka guru dapat mendesain skenario pembelajaran dengan lebih
baik, serta menentukan materi dengan lebih terorganisir, memilih strategi apa
yang akan digunakan, serta menentukan media pembelajaran apa yang tepat dan
dapat digunakan untuk membantu kegiatan pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar