Menghindari Perkelahian Pelajar 1
1. Pelajar yang dicari Islam
Islam itu menyelamatkan dan
mendamaikan dunia, (termasuk
bagi para pelajar), bukan membuat keonaran, perilaku menyimpang, apalagi
melakukan tawuran dan perkelahian. Islam itu juga datang dengan solusi, bukan
menambah problema.
Di dunia pendidikan, khususnya para pelajar, sudah banyak tinta emas ditorehkan oleh para pelajar muslim dengan segenap prestasi yang diraihnya. Kenapa mereka bisa begitu? Jawabannya karena Islam mengilhami dan menginspirasi seluruh tatanan hidupnya, agar hidup itu bermanfaat sebanyak-banyaknya untuk orang lain. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Saw., yakni: Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain.
Prestasi itu tidak hanya berupa capaian yang
memiliki level dunia, nasional, provinsi atau kabupaten kota, tetapi hidup
dengan benar berlandaskan ajaran Islam bagi diri dan lingkungan terkecil,
termasuk di sekolah juga, merupakan prestasi yang membanggakan. Buat apa
berprestasi besar, sementara shalat tidak dilaksanakan. Tampan bukan main,
bahkan menjadi rebutan para gadis, tetapi tidak mampu membaca Al-Qur’an dengan
benar.
Buat apa berkelahi dan terlibat tawuran, apa
untungnya? Tidak ada kan! Bahkan kerugian yang didapatkan, termasuk sanksi
akhirat sudah menunggu. Dunia ini penuh problema, jangan ditambah lagi dengan
cara melarikan diri dari masalah. Jika ada masalah, cari solusinya tahap demi
tahap, jika belum juga selesai, tetaplah optimis seraca memohon kepada Allah
agar memberikan solusi terbaik, tetap bersandar kepada Allah Swt. Apapun
keadaannya, susah senang dan sedih gembira selalu bersama Allah Swt. Jika itu
bisa kalian lakukan, niscaya dunia akhirat sudah berada di genggaman kalian.
2. Definisi Perkelahian dan Tawuran Pelajar
Ada
beberapa istilah yang sering dipakai untuk mengidentifikasi perilaku menyimpang
yang biasanya dilakukan oleh pelajar, yaitu perkelahian dan tawuran. Keduanya
bagian dari problema dunia pendidikan, utamanya terjadi di kota-kota besar, dan
harus dicari solusi yang tepat, agar perilaku ini tidak dijadikan kebiasaan
yang lumrah sebagai bagian dari kenakalan pelajar atau remaja.
Perkelahian antar pelajar atau remaja adalah
suatu bentuk tindakan kekerasan atau agresi yang dilakukan oleh suatu kelompok
pelajar dengan kelompok pelajar lain yang berusaha untuk menyingkirkan pihak
lawan dengan menghancurkan atau membuat pihak mereka tidak berdaya.
Sementara makna dari tawuran pelajar adalah
perkelahian yang melibatkan banyak pelajar, atau perkelahian yang dilakukan
oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang
sedang berstatus sebagai pelajar. Secara psikologis, perkelahian yang
melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan
remaja (juvenile delinquency).
Kenakalan pelajar atau remaja, menurut Sarlito W.
Sarwono adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar
hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu
sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.
Kenakalan remaja, termasuk perkelahian
pelajar, dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Delikuensi Situasional, yakni
perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan mereka untuk
berkelahi. Keharusan itu biasanya dipicu adanya kebutuhan untuk memecahkan
masalah secara tepat.
2. Delikuensi Sistematik, yakni: para pelajar yang terlibat dalam perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng yang memiliki aturan dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti oleh anggotanya, termasuk berkelahi, melukai, mencuri dan tindak pidana yang lain.
3. Faktor Penting Adanya Perkelahian Pelajar.
Banyak
faktor penting adanya perkelahian pelajar, antara lain:
1. Rational Choice, yaitu adanya
perkelahian pelajar disebabkan faktor individu, motivasi, pilihan dan
kemauannya sendiri. Di Indonesia, banyak yang menyetujui pendapat ini, misalnya
anak nakal ditaruh di pesantren, agar imannya mantap, sehingga tidak nakal
lagi.
2. Social Disorganization, yaitu adanya
perkelahian pelajar disebabkan faktor lingkungan. Berkurangnya atau hilangnya
pranata budaya yang selama ini menopang harmoni sosial. Misalnya orang tua yang
semakin sibuk, melupakan pendidikan anak-anaknya, atau guru yang terlalu banyak
memberikan pekerjaan dan tugas, dan abai dengan bimbingan dan arahannya.
3. Strain, yaitu adanya perkelahian
pelajar disebabkan faktor tekanan yang besar dari masyarakat, misalnya
kemiskinan di satu sisi, sementara di pihak lain orang kaya yang sering
mempertontonkan kekayaannya.
4. Differential Association, yaitu adanya
perkelahian pelajar disebabkan faktor salah pergaulan. Pelajar yang terbiasa
bergaul dengan pelajar yang tukang tawuran, anak yang malas belajar, suka
mencuri, bolos belajar, maka semua itu menjadi perekat bagi pelajar yang
awalnya baik-baik saja.
5. Labbeling, yaitu adanya perkelahian
pelajar disebabkan faktor terbiasa dicap sebagai pelajar yang nakal. Jika
seorang pelajar sering dilabeli sebagai pelajar nakal oleh banyak pihak, maka
label tersebut merasuk di dalam dada, akibatnya jadilah pelajar yang nakal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar