CINTA TANAH AIR DAN MODERASI (KISAH INSPIRATIF)

 ASHIL AL-GHIFARI




Seorang sahabat Rasulullah Saw. bernama Ashil Al-Ghifari suatu hari baru pulang dari Makkah. Setelah melakukan perjalanan jauh itu ia tidak segera pulang ke rumahnya di Madinah, namun ia justru terlebih dahulu sowan kepada Rasulullah. Sampai di rumah Rasul, ia disambut oleh Sayyidah Asiyah istri Rasulullah, “Ceritakan kepadaku wahai Ashil, bagaimana kondisi Makkah saat ini?” tanya Aisyah. “Aku menyaksikan betapa Makkah sekarang sudah sangat subur serta bening aliran sungainya,” jawab Ashil. Rasulullah yang masih berada di dalam kamar segera menimpali percakapan mereka, “Coba ulangi, Ashil. Bagaimana kondisi Makkah terkini? “Demi Allah ya Rasulullah, Makkah tumbuh subur dengan tanaman-tanamannya, serta tampak hijau dan sejuk dengan aliran sungainya” Mendengar jawaban itu, Rasulullah menatap jauh ke luar rumah. Sebuah tatapan kerinduan akan kampung halaman, “Cukup, jangan membuatku tambah bersedih,” ucap Rasul. Cerita ini ditulis oleh Abil Wālid Muhammad bin Abdullah Al-Arzāqi dalam Ahbāru Makkah wa mā Jā’a fihā minal Ātsār. Ia hendak menjelaskan betapa Rasulullah dirundung rasa rindu yang teramat sangat kepada tanah kelahirannya. Peristiwa ini telah menjadi salah satu argumen para ulama betapa kecintaan terhadap tanah air dan tempat asal bukan saja perlu, bahkan wajib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar