ILMU DAN AMAL
Harus dipahami, bahwa ilmu itu yang pertama, setelah itu baru amal. Dokter harus berilmu dulu, sebelum praktik mengobati pasien. Ilmu yang benar melahirkan keselamatan. Ilmu yang salah, menjadi penyebab kegagalan, kehinaan, bahkan kehancuran. Berdasarkan Q.S. al-Hajj/22: 54 Allah Swt. menjelaskan, ‘’Ilmu itu harus dipandu oleh iman, agar jika terjadi keraguan dan kebimbangan, segera kembali kepada sistem keimanan. Sebab, kebenaran itu jelas dan nampak nyata, sebaliknya keburukan juga nyata dan semestinya dihindari.
Itu artinya, ilmu seiring dan sejalan dengan iman, dan dari iman,
muncul ketundukan hati dan kepasrahan. Hal ini, sejalan dengan Q.S.
Muhammad/47: 19 yang menjelaskan dengan nada perintah, ‘’fa’lam” yang berarti
ketahulilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan, melainkan Allah, dan mintalah
ampun bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin. Perhatikan kata ‘’fa’lam’’ didahulukan
atas perintah beriman dan beramal.
Imam al-Bukhari dalam Hadisnya meletakkan bab yang berjudul ‘’Bābul
‘ilmi qablal qauli wal amal’’ (Bab ilmu sebelum perkataan dan perbuatan). Para
ulama melihat ilmu sebagai syarat sahnya perkataan dan perbuatan. Banyak sekali
orang ikhlas, tetapi karena kurangnya ilmu, mereka sering menganggap yang salah
jadi benar, dan yang benar jadi salah, atau yang sunnah jadi bid’ah dan yang
bid’ah jadi sunnah.
Anehnya, mereka tidak merasa salah, seperti kandungan Q.S. al- Kahfi/18:
103-104 “Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi dalam perbuatannya? Yaitu, orang- orang yang
telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka
menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”
Kita juga diingatkan oleh Q.S. Fāthir/35: 8 bahwa setan mudah
memengaruhi orang-orang yang tidak berilmu, sehingga ia menganggap
perbuatannya--sekalipun salah--menjadi benar, “Maka apakah orang yang ditipu
itu menganggap baik pekerjaannya yang buruk, sehingga ia meyakini bahwa
pekerjaannya itu baik?”.
Sebuah doa yang selalu kita panjatkan, “Ya Allah tunjukkan kami
bahwa yang benar itu benar, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya, dan
tunjukkan (juga) bahwa yang batil itu memang batil, dan berilah kami kekuatan
untuk menjauhinya”.
Berdasarkan untaian doa tersebut, kita dibimbing untuk mendapatkan
ilmu, lalu memohon kekuatan untuk mengamalkannya. Imam Al-Ghazali dalam bukunya
Minhājul ‘Abidīn menyebutkan beberapa tangga yang harus ditempuh menuju Allah
Swt., dan tangga pertama adalah ilmu. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengatakan
bahwa perbuatan tanpa dibekali ilmu, hakikatnya merusak, bukan memperbaiki.
Diadaptasi dari
sumber: Republika Online/Bunga Rampai 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar