TELAAH QS ARRAHMAN 33 TENTANG MENCINTAI IPTEK 1

 ILMU DAN AMAL



Harus dipahami, bahwa ilmu itu yang pertama, setelah itu baru amal. Dokter harus berilmu dulu, sebelum praktik mengobati pasien. Ilmu yang benar melahirkan keselamatan. Ilmu yang salah, menjadi penyebab kegagalan, kehinaan, bahkan kehancuran. Berdasarkan Q.S. al-Hajj/22: 54 Allah Swt. menjelaskan, ‘’Ilmu itu harus dipandu oleh iman, agar jika terjadi keraguan dan kebimbangan, segera kembali kepada sistem keimanan. Sebab, kebenaran itu jelas dan nampak nyata, sebaliknya keburukan juga nyata dan semestinya dihindari.

Itu artinya, ilmu seiring dan sejalan dengan iman, dan dari iman, muncul ketundukan hati dan kepasrahan. Hal ini, sejalan dengan Q.S. Muhammad/47: 19 yang menjelaskan dengan nada perintah, ‘’fa’lam” yang berarti ketahulilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan, melainkan Allah, dan mintalah ampun bagi dosamu dan bagi orang-orang mukmin. Perhatikan kata ‘’fa’lam’’ didahulukan atas perintah beriman dan beramal.

Imam al-Bukhari dalam Hadisnya meletakkan bab yang berjudul ‘’Bābul ‘ilmi qablal qauli wal amal’’ (Bab ilmu sebelum perkataan dan perbuatan). Para ulama melihat ilmu sebagai syarat sahnya perkataan dan perbuatan. Banyak sekali orang ikhlas, tetapi karena kurangnya ilmu, mereka sering menganggap yang salah jadi benar, dan yang benar jadi salah, atau yang sunnah jadi bid’ah dan yang bid’ah jadi sunnah.

Anehnya, mereka tidak merasa salah, seperti kandungan Q.S. al- Kahfi/18: 103-104 “Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi dalam perbuatannya? Yaitu, orang- orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”

Kita juga diingatkan oleh Q.S. Fāthir/35: 8 bahwa setan mudah memengaruhi orang-orang yang tidak berilmu, sehingga ia menganggap perbuatannya--sekalipun salah--menjadi benar, “Maka apakah orang yang ditipu itu menganggap baik pekerjaannya yang buruk, sehingga ia meyakini bahwa pekerjaannya itu baik?”.

Sebuah doa yang selalu kita panjatkan, “Ya Allah tunjukkan kami bahwa yang benar itu benar, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya, dan tunjukkan (juga) bahwa yang batil itu memang batil, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya”.

Berdasarkan untaian doa tersebut, kita dibimbing untuk mendapatkan ilmu, lalu memohon kekuatan untuk mengamalkannya. Imam Al-Ghazali dalam bukunya Minhājul ‘Abidīn menyebutkan beberapa tangga yang harus ditempuh menuju Allah Swt., dan tangga pertama adalah ilmu. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengatakan bahwa perbuatan tanpa dibekali ilmu, hakikatnya merusak, bukan memperbaiki.

Diadaptasi dari sumber: Republika Online/Bunga Rampai 3


Tidak ada komentar:

Posting Komentar