TELAAH ALI IMRON 190 - 191
Tilawah / MEMBACA Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191
اِنَّ
فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ
لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ
الَّذِيْنَ
يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ
وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ
هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (190)
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau
dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia.
Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka. (191)
Mengidentifikasi
Tajwid
(mencari bersama-sama)
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan dari Aisyah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Ya Aisyah,
saya malam ini ingin beribadah kepada Allah.” Dijawab oleh Aisyah, “Sungguh
saya senang berada di sampingmu, saya tidak keberatan. Maka bangunlah
Rasulullah, mengambil air wudhu, lalu shalat yang lama sekali. Beliau menangis
sampai membasahi pakaiannya, disebabkan sangat dalamnya merenungkan isi
kandungan Al-Qur’an yang dibaca. Hal itu dilakukan berkali-kali, sampai
menjelang adzan shubuh, dan saat Bilal hadir, masih melihat kondisi Nabi yang
menangis. Lalu Bilal bertanya, “Ya Rasulullah, kenapa Anda masih menangis.
Bukankah Allah Swt. sudah mengampuni semua dosa engkau, baik terdahulu maupun
yang akan datang,” lalu dijawab oleh Nabi: “Tidak pantaskah saya ini menjadi
hamba Allah yang bersyukur, apalagi di malam ini Allah menurunkan ayat yang
alangkah ruginya, jika dibaca ayat ini, namun tidak dihayati makna dan isi
kandungannya.” Ayat- ayat tersebut adalah termasuk Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191.
Isi dan Kandungan Ayat
Memahami ayat Al-Qur’an, tidak cukup hanya berdasar terjemah saja,
tetapi harus berlandaskan kepada buku tafsir yang mu’tabar (otoritatif).
Berikut ini, kandungan isi Q.S. Ali Imrān/3: 190-191:
1. Begitu banyak tanda-tanda kebesaran
Allah Swt. yang dibentangkan di langit dan bumi, termasuk pada diri manusia,
semua itu harus dijadikan sebagai sarana berpikir bagi umat manusia, khususnya
orang beriman, agar dapat mengambil manfaat, faedah, dan hikmah dari keberadaan
alam semesta.
2. Penciptaan alam semesta, meliputi silih
bergantinya siang dan malam, pusaran angin, keteraturan lintasan benda-benda
langit, dan bumi dengan segala isinya, semua itu jangan hanya dijadikan sebagai
peristiwa biasa, tanpa hikmah dan tujuan, tetapi harus dipikirkan, diteliti,
dan dieksplorasi, sehingga keberadannya semakin terbuka dan dapat diambil sisi
positif dan negatifnya melalui akal pikiran serta akal budi yang dimiliki oleh
setiap orang;
3. Semua manfaat, faedah, dan hikmah dari
beragam peristiwa yang tersebar di alam semesta tersebut, hanya dapat dipahami
oleh orang-orang yang memiliki akal pikiran yang sehat serta akal budi yang
dikenal dengan istilah ulil albab atau ulul albab;
4. Ulil Albab adalah orang yang memiliki
akal pikiran yang lurus, nurani yang bersih, serta menjadi hamba Allah Swt.
yang mengisi setiap waktunya untuk memikirkan segala penciptaan dan peristiwa
di alam raya ini, sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa semua ini membawa
manfaat, tidak ada yang sia-sia, akhirnya hidupnya semakin dekat (taqarrub)
kepada Allah Swt.;
5. Tanda lain Ulil Albab adalah mereka
yang dalam kondisi apapun (duduk, berdiri, dan berbaring) yang artinya juga
saat mampu, kaya, atau terpuruk, kondisi riang gembira, atau sedih, semua itu
tidak menghalangi untuk mengambil maslahat dari segala ciptaan Allah Swt. baik
untuk diri sendiri, lingkungan yang mengitarinya, maupun masyarakat secara
luas;
6. Ulil
Albab juga melakukan pemikiran kritis, utuh, obyektif, dan seimbang terhadap
segala problema yang muncul, sehingga buah pemikirannya memberi banyak manfaat,
jauh dari kebencian dan sengketa, apalagi kecancuan dan kebimbangan, akhirnya
memunculkan kedamaian, kesejukan, serta solusi terbaik bagi semuanya;
7. Setiap orang beriman sangat dituntut, agar
penggunaan akal pikiran dan akal budinya, menghasilkan kesadaran diri bahwa
semua penciptaan itu bersumber dari Allah. Selanjutnya, mengajak diri dan orang
lain, agar semakin dekat (taqarrub) kepada Allah Swt. Melalui pendekatan
tersebut, keselamatan dan kesuksesan dunia akhirat dapat diraih, akhirnya
terhindar dari kesengsaraan, kegagalan dan kehinaan;
8. Seperti peran dari ulil albab, Ayat ini
mengajak juga agar di setiap komunitas dan masyarakat, bahkan dalam lingkup
yang lebih luas, ada kelompok orang yang berperan sebagai pemikir dan penengah
dari problema yang muncul, sehingga terhindar dari hoax, berita bohong, dan
informasi yang tidak benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar