KHALIFAH HARUN Al-RASYID
DINASTI ABBASIYAH
Salah satu tokoh besar umat ini yang berhasil membuat Romawi menundukkan kepala karena wibawanya adalah al-Khalifah al-Mujahid Harun al-Rasyid rahimahullah. Seorang laki-laki mulia yang dikaburkan sejarahnya dan dibunuh karakternya oleh orang-orang yang membenci Islam dan kaum muslimin. Ia digambarkan sebagai seorang pemabuk yang gila. Laki-laki hidung belang dengan banyak selir. Pemimpin kejam dan zalim. Padahal dia adalah khalifah terbaik di Daulah Abbasiyah. Ia seorang mujahid. Pemimpin yang perhatian terhadap ilmu dan ulama. Dan keutamaan lainnya.
Mungkin inilah yang menyebabkan
fitnah itu dihembuskan. Ia digambarkan sebagai pemimpin yang tak bertanggung
jawab. Di sampingnya hanya ada khamr dan mabuk. Dibuatlah kisah-kisah palsu dan
hikayat-hikayat dusta untuk mendukung fitnah itu.
Ibnu Khalkan berkata, “Harun
al-Rasyid termasuk khalifah yang paling mulia dan raya yang paling melayani. Ia
berhaji, berjihad, berperang, pemberani, dan cerdas.” (Siyar A’lam Nubala, Juz:
7 al-Rasyid).
Nasab dan Kelahirannya
Kun-yahnya adalah Abu Ja’far. Sedangkan nama dan nasabnya
adalah Harun bin al-Mahdi Muhammad bin al-Manshur Abu Ja’far Abdullah bin
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas al-Qurasyi al-Hasyimi al-Abbasi. Jadi,
ia adalah seorang Quraisy satu kabilah dengan Nabi Muhammad ﷺ. Dan keturunan dari paman Nabi, Abbas bin Abdul Muthalib
radhiallahu ‘anhu.
Harun al-Rasyid dilahirkan pada
tahun 148 H di Kota Ray. Kala itu, ayahnya menjadi pemimpin wilayah Ray dan
Khurasan. Ibunya adalah al-Khayziran (Arab: الخيزران), kun-yahnya Ummul Hadi.
Sejak kecil, Harun al-Rasyid telah
memiliki sifat istimewa seperti pemberani dan kuat. Sifat ini menjadikannya
sangat layak sebagai suksesor ayahnya saat ia berusia 20-an tahun.
Menjabat Khalifah
Harun al-Rasyid menjabat khalifah Daulah Abbasiyah
menggantikan ayahnya, al-Mahdi. Pengangkatannya terjadi pada malam sabtu
tanggal 16 Rabiul Awal 170 H. Jabatan tertinggi di Daulah Abbasiyah itu ia
duduki hingga bulan Jumadil Akhir 194 H.
Saat menjabat khalifah, umurnya
baru menginjak 25 tahun. Ia berkun-yah dengan Abu Musa, namun orang-orang
mengkun-yahinya dengan Abu Ja’far.
Khalifah Yang Shaleh
Al-Khatib al-Baghdadi menyebutkan dalam Tarikh Baghdad,
“Sebagian sahabat Harun bercerita bahwa ia shalat setiap hari sebanyak 100
rakaat. Hal itu ia lakukan dengan istiqomah hingga wafat. Kecuali ada sebab
yang menghalanginya. Ia bersedekah dengan mendermakan 1000 dirham setiap hari.
Apabila ia menunaikan haji, turut serta bersamanya 100 ahli fikih (ulama) dan
anak-anak mereka. Jika ia tidak berhaji, maka ia menghajikan 300 orang dengan
bekal baju besi, kiswah, dan yang lainnya.” (Tarikh Baghdad Bab al-Ha-u)
Al-Mas’udi mencatat tahun-tahun
dimana Harun al-Rasyid menunaikan ibadah haji. Dari catatannya Harun al-Rasyid
berhaji pada tahun 170, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 179, 181, 186, dan 188 H.
Adz-Dzahabi mengatakan dalam
Tarikhnya, “Tahun 179, Harun al-Rasyid berumrah di bulan Ramadhan. Ia
senantiasa dalam ihramnya hingga musim haji tiba. Ia berjalan dari rumahnya
menuju Arafah.” (Siyar A’lam Nubala, Juz: 7 al-Rasyid).
Amalan Harun al-Rasyid ini
membantah orang-orang yang tidak berhaji dengan alasan peduli sosial. Kedua
ibadah ini bisa dilakukan tanpa mengorbankan salah satunya. Harun al-Rasyid
berhaji dan juga memiliki perhatian besar dalam hubungan sosial kemasyarakatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar